Ben & Cori

Steffi Adelin
Chapter #11

11. Malik

Kenapa Ben harus tinggal di depan rumahnya?

Oh, Tuhan. Betapa dirinya ingin menciut menjadi semut dan melarikan diri dari tampang jahil Ben tempo hari. Dan yang lebih konyol, ia menuduhnya berbuat mesum!

Bodoh. Cori tidak tahu ada penghuni baru Kluster Kepodang. Dan penghuni baru itu memilih rumah kosong tepat di depan rumahnya. Skill bersosialisasinya memang payah. Cori bertekad akan sungguh-sungguh belajar 'berteman' dengan Ben.

Tapi bagaimana mau belajar bila si Teman pergi selama seminggu ke Tanjung Pinang pada pagi hari setelah kejadian memalukan itu? Kabar baiknya, ia tidak perlu menanggung malu selama 7 hari.

Setidaknya, Ben menepati janji untuk tidak membiarkannya ditinggal tanpa pesan seperti dulu. Dan itu hal bagus, bukan?

***

Cori mengabaikan pesan kekasihnya yang masuk untuk kesejuta kali pagi ini. Cori masih sakit hati meski ia ingin meminta penjelasan Arga. Namun, ia juga butuh waktu untuk menata diri, agar ia bisa mengonfrontasi Arga dengan elegan. Untuk sementara, ia menolak bersentimentil meski sialnya, pedih diselingkuhi masih menetap di dadanya.

Berita heboh di kantornya pagi ini lebih penting daripada berlarut-larut dalam kepedihan.

Penemuan kasus transaksi fiktif bernilai ratusan juta pada salah satu kantor cabang di Tanjung Pinang membuat warga PT. Sejahtera Bersama se-Indonesia terkaget-kaget, tak terkecuali kru Cabang Mega Legenda. Acungan jempol dianugerahkan pada Malik si auditor muda asal Pekanbaru yang dengan kejeliannya menemukan kecurangan tersebut.

"Bapak minta, setiap pekerjaan harus didasari dengan kejujuran. Kalian sudah digaji tiap bulan. Bonus juga menanti tiap akhir tahun. Apa lagi mau kalian? Mau membesarkan ego dengan menuruti nafsu belanja sana sini tanpa melihat kondisi dompet, dan mencari jalan pintas untuk menghasilkan uang dengan cepat?" nasihat Yusuf dalam briefing pagi di ruangan nasabah lantai satu untuk semua stafnya.

"Fraud seperti itu tidak bisa ditolerir di mana pun kalian bekerja. Sekali berbuat, label jelek akan mengikuti. Tidak ada lagi yang akan memercayai kalian. Ingat! Setiap tindakan kalian akan mencerminkan perusahaan tempat kalian mengabdikan diri. Untuk itu, Bapak minta kita semua bekerja dengan hati-hati, tetap dalam koridor SOP. Bila ada masalah, segera beritahu Bapak."

"Baik, Pak," ucap bawahannya serentak.

"Pak."

"Apa, Win?"

"Kapan Pak Malik menempati kantor atas?" Telunjuk Winnie mengarah ke langit-langit.

"Harusnya hari ini. Katanya mereka langsung ke sini setelah selesai bertugas di Tanjung Pinang." Yusuf menjeda sebentar dan menoleh pada pintu masuk transparan. "Nah, itu mereka."

Winnie menyikut lengan rekan front liner-nya antusias demi menyambut si auditor muda yang digadang-gadang sangat tampan.

"Winnie, Winnie." Cori geleng-geleng kepala.

"Selamat Pagi," sapa seorang wanita paruh baya berhijab. Ia adalah Farida, salah satu auditor senior yang menjadi rekan Malik.

"Selamat pagi." Seseorang menyusul di belakang Farida.

Semua membalas sapaan itu, tapi tidak dengan satu orang yang sedang membeku di tempat, menganga, dan memelototi sosok jangkung yang melangkah masuk dengan tenang dan berwibawa.

“Kak, guanteng orangnya!” bisik Winnie, tapi rungu Cori menuli.

"Nah, ini yang ditunggu-tunggu kru Mega Legenda. Mas Malik akhirnya datang juga," sambut Yusuf.

"Kak Ben?" Cori berteriak dengan lantang, membuat Yusuf dan semua staf Mega Legenda terdiam.

"Ben? Namanya Malik, Cori." Yusuf meluruskan sesuatu yang tidak bengkok.

Ben terkekeh membuat semua yang hadir di briefing pagi menjadi bingung.

"Nggak apa-apa, Pak Yusuf. Saya mohon izin untuk memperkenalkan diri, mumpung lagi pada ngumpul." Ia berdiri tegap dan menatap satu demi satu kru Mega Legenda yang juga memandangnya penuh rasa ingin tahu, terutama pada Cori. "Nama saya Benjamin Malik Adriansyah. Malik adalah nama panggilan saya sejak pertama kali bekerja di perusahaan ini. Sedangkan Ben," Ben mencari mata tetangganya. "adalah nama panggilan saya di sekolah. Saya adalah auditor baru yang akan berduet dengan Bu Farida menggantikan auditor sebelumnya. Mohon kerja samanya, rekan-rekan."

Ben merasa kejutannya sesuai ekspektasi.

***

Sejak ia tahu Cori bekerja di atap yang sama dengannya, Ben langsung mencari tahu di kantor mana Cori berada. Dan dari tujuh cabang PT. Sejahtera Bersama yang tersebar di Batam, Tuhan menetapkan takdirnya untuk bekerja satu kantor dengan Cori! Perpisahan 12 tahun yang dibayar dengan indah. Sepertinya ia akan betah bekerja di pulau kecil ini.

Ben ingin mengejutkan Cori sekali lagi. Namun, langkahnya terhenti saat salah seorang staf Mega Legenda mengajak Cori bicara.

"Cori, muka lo kok pucet banget? Kalo duduk di garda depan itu ya harus kayak muka Winnie, tuh. Dandan dikit, kek."

"Gue udah dandan. Lagian yang penting kan service excellent, Moza," ucap Cori setengah kesal. Kenapa Moza tidak pernah berhenti mengganggu hidupnya?

"Kurang. Masa bodi lo yang udah gembrul begini nggak lo imbangin dengan muka lo? Usaha dikit, dong. At least dipermak sama makeup. Kan, nasabah berhadapan sama wajah lo. Badan lo ketutupan meja."

Lihat selengkapnya