Harmonika: Menuju yang Tertinggi

Muhammad Nurkeisar Rais
Chapter #3

1.3 — Angka-angka Berseru: Prestasi yang Tersia-sia

Bobby melanjutkan ceritanya, “Baiklah kalau kamu pengen tahu. Begini ceritanya…,” teman-teman Bobby menunggu ceritanya—mereka sangat penasaran. “Ayo! Ayo!! Ayo!!!”

“Dulu, aku pernah ditanya sama teman aku. Ya, namanya ditanya pasti sering. Dia bertanya pada aku, dan menurut kamu, apa pertanyaannya?”

Dulu…, saat Bobby di Sekolah Dasarnya, SDN Harum Jati.

“Apa cita-cita kamu, Bobby?”

Bobby kecil menjawab, “Guru MTK.”

“Kenapa, Bobby?”

 “Karena, banyak guru MTK itu galak-galak. Dan aku akan menjadi guru MTK yang baik, ramah, dan cool and calm.”

Lucu juga. Sebenarnya, itu merupakan pengalaman Bobby yang tidak mungkin dia lupakan. Dia benar-benar ingin menjadi guru MTK, setidaknya dia mampu berusaha.

Dia pernah bertanya kepada guru MTK baru di sekolahnya—dia muda, baik, ramah, dan banyak disukai siswa-siswi SDN Harum Jati. Tapi, tunggu…, dia selalu membawa rotan kemanapun dia mengajar. “Itulah yang sangat aku curigakan.”

“Bu, kenapa Ibu bawa rotan melulu? Itu menakuti saya.” Guru itu pun menjawab, “Mau Ibu pukul kepalamu pakai rotan?”

Bobby saat kecil takut dan melarikan diri. Guru itu menarik tangan Bobby perlahan.

“Ibu bercanda,” dan dia berkata dengan lemah lembut, “Ibu membawa rotan karena ini sebagai pengganti penggaris. Jadi, pada materi bangun ruang, bangun datar, geometri, Ibu selalu membawa benda ini. Tapi, pada materi aljabar atau kalkulus, mungkin hanya pegangan saja.”

Lihat selengkapnya