BENANG MERAH

Huang Wiwin
Chapter #1

Part 1 Andai Hanya Mimpi Semata

Bawa aku bersama denganmu, bila tidak dapat membuatmu kembali ke dunia di mana aku berada.

-Mimika Pamela-


Seminggu sebelum kejadian

Cahaya bohlam lampu berwarna kuning menyinari sebuah kamar dengan desain minimalis, meski cahaya alam dari luar jendela dengan terang benderang telah menyinari sejak tadi.

Terlihat seorang gadis masih berbaring dengan nyenyak di balik selimut. Tepukan kecil membuatnya melakukan sedikit pergerakan kecil, tapi tidak membuat dirinya terbangun.

"Mika, ayo bangun. Jangan sampai telat masuk sekolah. Ingat, hari ini ada ujian matematika. Kamu udah belajar dengan sungguh-sungguh kemarin. Sayang kalau terlewat gitu aja."

Mimika langsung menyibak selimutnya ke samping, membuka kedua matanya lebar-lebar, dan segera bangkit dari ranjang.

"Aduh ... Mampus deh aku!" Mimika sambil menepuk jidatnya.

"Pelan-pelan ke kamar mandinya. Jangan pakai lari-lari begitu," tegur Doreko, tapi Mimika tidak mengindahkannya dan langsung menutup pintu kamar mandi.

Di dalam kamar mandi Mimika hanya menggosok gigi dan mencuci muka seadanya. Sembari menunggu Mimika selesai, Doreko memilih turun ke bawah dan pergi memanasi sepeda motornya yang ia parkir di halaman rumah.

Mereka berdua berangkat bersama, hingga sampai di tempat parkiran sekolah. Mimika langsung turun dari bangku penumpang begitu kendaraan Doreko berhenti sempurna.

Mimika langsung berlari pergi tanpa menunggu Doreko. Sebelum itu Doreko sempat menjerit Mimika, "Tungguin aku dong, Mika!" dan lagi-lagi Mimika berpura-pura seperti tidak mendengar suara Doreko. Doreko hanya bisa menggeleng melihat tingkah Mimika.

Begitu Doreko turun dari sepeda motornya dan baru berjalan beberapa langkah untuk meninggalkan tempat parkiran, tiba-tiba Doreko merasakan sesuatu mengalir keluar dari hidungnya. Dia mengusap pelan dengan jari telunjuknya. Betapa kagetnya ia begitu melihat darah menempel di sana.

Darah yang keluar dari hidung Doreko dalam sepersekian detik semakin banyak, sampai menetes ke tanah dan meninggalkan jejak darah setetes demi setetes.

Doreko berusaha mencegah darah yang semakin banyak keluar dengan meletakkan telapak tangan kirinya ke hidung sambil berlari menuju ke ruang UKS sekolah.

Melihat Doreko yang tak kunjung masuk ke dalam kelas membuat Mimika cukup khawatir. Dia ingin keluar dari kelas, tapi posisinya sedang tidak dalam kondisi yang memungkinkan dirinya untuk pergi.

Lihat selengkapnya