Seberapa dingin seseorang, pada akhirnya akan meleleh di waktu yang tepat dan dengan orang yang tepat pula.
-Benang Merah-
"Jangan lupa sama apa yang sudah Mama sampaikan ke kamu, ya."
"Iya, Ma. Tenang aja. Aku bakal baik-baik aja di sini. Tidak usah khawatir sama aku."
"Ya sudah, kalau begitu. Hubungi Mama kapan pun kamu mau."
"Baik, Ma."
Mobil sewaan dengan seorang supir di dalam sudah datang menjemput Monika untuk berangkat membelah jalanan, sebelum jam kemacetan tiba. Mimika kembali ke dalam rumah, begitu mobil yang ditumpangi Monika sudah tak terlihat olehnya.
"Doreko!"
Doreko muncul begitu mendengar panggilan dari Mimika. Dia muncul dengan membawa hawa dingin di sekitar ruangan. Mimika tersenyum lebar sampai kedua pipinya ikut naik, hingga menutupi hampir seluruh sepasang mata besar miliknya.
"Mama udah tidak di rumah, jadi kamu bisa bebas muncul dari mana aja."
Mimika merubah mimik wajah secepat kilat. Ia memicingkan mata di depan Doreko sambil menunjuknya. "Kamu ... Awas, ya ... Awas aja, kalau kamu pergi lagi. Pokoknya kamu harus terus menemani aku, di mana pun aku berada. Aku tidak suka sendirian dan kamu tentu tahu itu."
Mika, kamu tidak sendirian.
"Ya, karena ada kamu," jawab Mimika langsung.
Tante Monika dan teman barumu.
Mimika mengernyitkan dahi. “Siapa?"
Mimika berpikir keras. Dia tidak merasa memiliki teman baru.
Alfredo Gotama.
"Hei, jangan sebut dia. Dia bukan teman baruku. Dia hanya teman sekelas kita."
Kalian dekat.
"Kita tidak dekat."
Mimika melihat jam dinding. Waktu sudah menunjukkan hampir jam delapan pagi. "Aduh, gawat. Aku harus segera ke sekolah. Aku berangkat dulu."
Mimika segera bergegas mengambil tas selempang dan botol minum miliknya. Sebelum berangkat, Mimika sempat mematikan beberapa lampu dan tidak lupa untuk mengunci pintu.
Setiba Mimika di depan gerbang sekolah, ia disambut dengan pemandangan yang mengejutkan baginya. Orang yang baru tadi dibicarakan malah sedang berjalan menghampirinya.
"Hai," sapa Alfredo. Dia menaikkan tangannya setengah tiang. “Selamat pagi,” lanjutnya. Setelah itu dia langsung menurunkan kembali tangannya dan meletakkan tangan kanannya ke dalam saku celananya.
"Pagi juga," balas Mimika.
"Yuk, masuk ke kelas barengan sama aku," ajak Alfredo.