Terdengar seperti suara langkahan kaki seseorang. Asal suara dari lantai atas menurut pendengaran dari telinga Mimika. Dengan rasa penasaran, Mimika menaiki tangga perlahan menuju ke lantai dua.
Sembari Mimika menaiki tangga, beberapa kali dia menyebut nama Doreko, namun tidak ada sautan dari Doreko. Mimika menelan ludah dan terlihat sedikit ketakutan, karena dia hanya seorang diri menetap di dalam rumah. Takutnya ada tamu tak diundang yang menyelonong masuk ke dalam rumahnya.
Bercelingak-celinguk ke segala arah, tapi tidak menemukan seseorang di atas. Mimika lantas mengernyitkan dahi.
Apa tadi aku hanya salah dengar? pikirnya.
Mimika membuka pelan pintu kamarnya dan melihat kondisi kamarnya tetap rapi seperti sebelum dia berangkat ke sekolah. Tidak ada apa pun di dalam kamarnya, termasuk saat dia mengecek kamar yang biasa Doreko tempati juga tampak rapi.
"Omong-omong di mana Doreko sekarang?" gumamnya.
Mimika mengerucutkan bibirnya.
“Padahal sudah aku suruh dia untuk jangan ke mana-mana lagi."
Mimika memutar kedua bola matanya.
“Dasar, Doreko!" pekiknya.
Aku hadir!
"Hei, jangan ngagetin aku dong!" protes Mimika.
Mimika kemudian berkacak pinggang. “Kalau aku kaget, terus tiba-tiba pingsan gimana? Kamu mau tanggung jawab?”
Maaf, aku tidak sengaja.
Mimika menurunkan tangannya. “Lain hari jangan muncul tiba-tiba begini. Aku tidak bisa menjamin jantungku bakal aman-aman aja buat ke depannya, kalau dikagetin kek gitu lagi,” ucapnya pelan.
Doreko hanya diam saja. Mimika lantas teringat dengan suara langkahan kaki yang tadi ia dengar.
"Tadi itu kamu, ya?"
Doreko tidak merespon pertanyaan Mimika. Mimika langsung menghela napas.