BENANG MERAH

Huang Wiwin
Chapter #11

Part 11 Waktu Cepat Berlalu

Waktu selalu berjalan sebagaimana mestinya. Meski waktu terasa cepat berlalu, namun dibalik semua itu telah banyak kenangan dan memori yang tercipta.


"Mau mampir ke belakang?" tanya Alfredo tiba-tiba.

Rasa penasaran Mimika muncul seketika. “Memangnya di belakang ada apa?"

"Kamu penasaran, tidak?"

Mimika mengerucutkan bibirnya. "Kamu yang ajak, tapi kamu malah begitu sama aku. Aku di sini aja deh."

Alfredo tersenyum geli. "Ayo, kita ke belakang." Alfredo langsung meraih tangan Mimika tanpa izin dan menggenggamnya dengan erat berjalan menuju ke halaman belakang. Mimika hanya bisa ikut sembari menatap lama tangan mereka yang saling bertaut.

Begitu pintu menuju ke halaman belakang terbuka, sontak raut wajah Mimika langsung takjub sekaligus terlihat begitu senang.

Melihat kolam renang di halaman belakang rumah Alfredo membuat Mimika hampir melupakan Alfredo yang masih sakit. Dia langsung melirik ke arah Alfredo–yang ketahuan tengah menatap Mimika dengan tatapan kagum sedari tadi, namun Mimika tidak menyadarinya.

"Ada sesuatu di wajahku?" tanya Mimika langsung.

Alfredo langsung menggeleng. "Kamu cantik, kalau senyum kayak tadi."

Mimika refleks memukul lengan Alfredo. Alfredo meringis, tapi lebih tepatnya ia agak kaget dengan tangan ajaib Mimika. Raut wajah Mimika langsung berubah. Dia langsung menyentuh tempat di mana ia tidak sengaja memukul Alfredo.

"Apa di sini sakit?" tanya Mimika iba. "Maaf, aku tidak sengaja," lanjutnya.

Alfredo memegang tangan Mimika dengan lembut. "Tidak sakit sama sekali kok." Mereka saling bertatapan dan tatapan mereka kian lama semakin intens. "Kamu jangan terus bilang makasih dan maaf. Aku lebih suka kalau kamu berlaku santai aja ke aku.”

Mimika langsung tersadar dan segera menghindar dengan cara berjalan mendekat ke arah kolam. Dia duduk di tepi kolam renang. Alfredo menyusul Mimika dan duduk di samping Mimika. Mimika mengepak-ngepak pelan kakinya dengan ritme yang beraturan.

"Kamu suka dengan air?"

"Iya. Aku sangat suka dengan air, tapi aku tidak suka dengan hujan."

"Kenapa begitu?" tanya Alfredo. "Apa ketakutanmu seperti kejadian waktu itu?"

Suara menggelegar membuat seorang gadis terperanjat. Andai saja sebuah tangan telat untuk merangkul pinggangnya, mungkin gadis itu sudah jatuh dari bangku panjang yang berada di halte bus.

"Kamu gak apa-apa?"

Gadis itu mengedipkan matanya sekali, lalu menggeleng sebagai tanda sebuah jawaban.

Lihat selengkapnya