"Motor kamu ke mana?" tanya Mimika tiba-tiba.
Alfredo melirik sekilas ke arah Mimika. "Motornya lagi menginap di penginapan perbaikan sepeda motor," jawabnya sambil melihat lurus ke depan.
Mimika membuka bibirnya membentuk huruf O dan sedikit berpikir. “Kosakatamu terdengar agak aneh,” ungkapnya.
“Masa, iya?” Alfredo sedikit melepas tawa.
"Ya, begitulah," balas Mimika seadanya.
"Kamu kepengen beli sesuatu gak?" tanya Alfredo mendadak, dikala tidak ada pembicaraan lagi di antara mereka berdua.
"Kok tiba-tiba tanya kayak gitu?" sontak Mimika langsung menoleh ke samping, lantaran ia agak heran dengan Alfredo.
"Mungkin aja kamu kepengen beli makanan apa atau kepengen beli minuman apa aja boleh kok," ujar Alfredo.
"Kayaknya engga ada deh," pikir Mimika.
Alfredo berpikir sejenak, lalu ia teringat dengan kulkas yang ada di rumah Mimika. "Kamu udah beli bahan makanan belum? Setahu aku kemarin kosong melompong."
"Oh, iya! Astaga!" pekik Mimika. "Untung kamu ingatin aku. Aku belum beli apa-apa," lanjutnya dengan suara agak lembut.
Alfredo tersenyum lebar, hingga deretan gigi rapi dan putih bersih miliknya tampak jelas. Mimika yang melihatnya hanya bisa tertegun sejenak.
"Kita pergi belanja dulu ya, sebelum aku anterin kamu pulang ke rumah," kata Alfredo. Dia melirik ke arah Mimika, namun hanya sepintas saja.
"Ayo, gaskan aja," sahut Mimika.
Alfredo mempercepat lajuan mobilnya, hingga mobil berhenti di salah satu tempat pusat perbelanjaan. Dia memakirkan mobilnya di tempat terdekat dengan pintu masuk utama.
Alfredo terlebih dulu membantu Mimika melepaskan sabuk pengaman. Sama seperti sebelum mereka berangkat, Alfredo pun membantu memakaikan sabuk pengaman ke Mimika.
Setelah ia mematikan mesin mobilnya, dia pun keluar dan kembali membukakan pintu untuk Mimika. Tidak lupa ia menutup pintunya, kemudian mengunci pintu dari remot kontrol yang berada dalam genggamannya.
Mereka berdua berjalan bersama masuk lewat pintu utama. Alfredo mengambil troli barang dari luar–telah tersedia di samping pintu masuk sejak awal, sebelum memasuki area di mana banyaknya barang keperluan sehari-hari yang tertata dengan rapi dalam rak bertingkat dalam pasar swalayan.
Mimika hendak mendorong troli yang Alfredo pegang, tapi Alfredo tidak mau memberikannya ke Mimika.
"Kamu pilih-pilih aja sana," usir Alfredo. "Aku yang bagian dorong troli," lanjutnya.
Mimika memutar kedua bola matanya.
“Ya udah deh kalau begitu," balas Mimika cepat.
Mimika kemudian mengitari seluruh tempat tanpa terkecuali dan diikuti Alfredo dari belakang sedari tadi.
Mimika hanya membeli beberapa bahan seperti dua bungkus ayam potong membentuk dadu, sedikit bawang putih dan bawang merah, bawang bombai, selada, tomat, bayam dua plastik, dan sekotak susu putih berkalori rendah berukuran 1 liter tertera jelas di bagian depan kemasan kotak susu.
Alfredo langsung bertanya ke Mimika. "Yakin? Yakin cuma mau beli segini aja?"
Mimika lantas menoleh ke arah Alfredo.
“Ini udah termasuk banyak, buat aku yang hanya tinggal sendirian."