Pertama sekali pertengkaran dimulai dari masalah sepele, hingga berubah menjadi masalah yang serius dan besar.
Pertengkaran kecil yang belum pernah terselesaikan terus berakar tumbuh tersimpan di dalam hati.
Lambat laun semua masalah yang berawal dari masalah kecil dan terlihat sepele menjadi masalah yang hanya menyakitkan banyak pihak.
Berawal dari pagi hari di jam setengah tujuh pagi. Monika terlihat sedang menyiapkan sarapan pagi di dapur. Dia menata makanan di atas piring dengan baik, lalu memindahkannya ke atas meja makan.
Terlihat ada beberapa lembar roti bakar digabung dan ditaruh di atas piring, kemudian ada seporsi telur goreng matang dan selada segar yang sudah dicuci langsung ditata dan ditaruh di meja bagian tengah.
Selai roti rasa coklat dan stroberi sudah tersedia sejak awal di atas meja. Tidak lupa dengan segelas kopi hitam untuk suami tercinta, segelas teh aroma melati untuknya sendiri, segelas susu putih untuk Mimika, dan segelas susu coklat untuk Doreko.
Terlihat Gilbert keluar dari kamar dengan terburu-buru. "Aku berangkat dulu," pamitnya ke Monika.
Monika lantas heran melihat Gilbert. "Loh? Sudah mau berangkat? Makan dulu lah, Pa."
"Nanti aku telat," jawab Gilbert.
Monika melirik ke koper yang dipegang Gilbert. "Mau ke mana sampai ambil koper lagi?" tanyanya penasaran.
"Hari ini jadwalku terbang ke Bali," jawab Gilbert. Dia menarik kopernya sambil berjalan menuju ke pintu utama.
Monika langsung pergi menyusul Gilbert. Dia melihat Gilbert sedang memakai sepatu. “Kenapa tiba-tiba begini? Tidak ada tuh, kamu bilang ke aku semalam."
"Sudah ya, Ma. Aku ada meeting penting di sana."
"Mau sampai kapan kamu begini terus?" tanya Monika.
"Maksudmu apa?"
"Apa kamu mau begini terus? Pergi dan pulang sesukamu?"
"Ma, aku kerja. Demi menghidupi keluarga kecil kita," jawab Gilbert dengan sabar.
"Baik. Selamat jalan."
Gilbert membuka kunci pintu, kemudian keluar dari rumah. Dia memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil, kemudian menghidupkan mesin mobil dan melaju pergi tanpa menghiraukan Monika yang tengah melihatnya dari pintu utama.
Doreko merasa sudah turun pada waktu yang tidak tepat. Dia mendengar semua percakapan antara Monika dengan Gilbert. Dia langsung kembali ke atas begitu melihat sosok Monika sedang menutup dan mengunci pintu.
Monika pergi mengambil segelas kopi dari atas meja, lalu ia berjalan ke dapur dan menuang seluruh kopi hitam ke dalam bak cuci piring. Dia membuka kran air dan membiarkan cairan hitam kopi mengalir bersamaan dengan air bersih. Setelah itu, dia mencuci bersih gelasnya dan meletakkannya di rak pengering.
Seseorang muncul di balik pintu dan melangkahkan kaki berjalan ke tempat di mana Doreko berada. Doreko yang tidak menyadarinya pun terperangah di tempat.