BENANG MERAH

Huang Wiwin
Chapter #16

Part 16 Waktu

"Sejak awal aku ketemu sama dia, rotasi waktu perjalanan kehidupanku selama ini tuh rasanya hanya berputar bersama dengannya," kata Mimika.

Sepasang mata Alfredo hanya berfokus ke wajah Mimika yang tengah menyalurkan isi hatinya. Dia hanya diam dan menyimak dengan serius.

Mimika menundukkan kepalanya sambil menautkan jari jemarinya di bawah meja. Dia kembali membuka suara, “Andai aja aku tahu kalau waktunya untuk hidup tidak berjalan lama, aku pasti akan lebih berusaha buat kasih yang terbaik buat dia."

"Mika," panggil Alfredo.

Mimika langsung menengadahkan kepalanya melihat ke arah Alfredo.

"Seberapa lama waktu seseorang untuk hidup di dunia ini tidak dapat kita ketahui. Biarkan menjadi rahasia saja," kata Alfredo.

Alfredo kemudian sepintas tersenyum pada Mimika. "Setidaknya, seseorang yang pernah masuk ke dalam kehidupan kita, pernah melalui banyak waktu bersama kita."

Detik berikutnya, Alfredo kembali memberi Mimika pengertian. "Waktu yang berharga itu dapat kita jadikan kenangan. Entah itu baik atau buruk. Cukup atau tidak cukup. Memori itu tidak akan pernah hilang kok, kalau kamu simpan dalam hati."

"Iya. Aku mengerti."

Makanan mereka sudah datang dan dihidangkan di atas meja. Dengan inisiatif sendiri, Alfredo menaruh lauk ke piring Mimika. Setelah itu, dia mengambil beberapa udang dan mengupasnya, kemudian dia menaruh di piring Mimika.

"Makasih, tapi biar aku sendiri aja." Mimika merasa agak segan dengan Alfredo.

"Tenang aja. Kamu makan aja. Biar aku yang bantu kupasin."

Mimika berpikir bahwa dirinya harus terbiasa dengan perlakuan Alfredo terhadapnya. Perlakuan yang manis dan perhatian. Mimika langsung menggelengkan kepalanya.

Apa yang sedang kupikirkan sekarang? batin Mimika.

Alfredo mengibas-ngibaskan tangannya di udara, tepat di depan Mimika. "Mika, kenapa gak dimakan?"

Mimika langsung mengedipkan matanya. "Ah, iya. Ini aku mau makan.” Dia mulai menyendokkan sesuap nasi yang dicampur dengan udang di atasnya.

"Gimana? Enak?” tanya Alfredo.

Selesai mengunyah makanannya, Mimika lantas menjawab dengan cepat, “Enak kok.”

Alfredo merasa bangga. Dia tersenyum puas. "Bagus, kalau kamu suka."

"Kamu juga makan. Jangan aku aja yang makan," keluh Mimika.

"Baik, Bu Mika," canda Alfredo.

"Hei, aku belum tua untuk dipanggil Ibu," protes Mimika.

"Ibu dari anak-anakku nanti ya," kata Alfredo dengan percaya diri.

Mimika memandangnya dengan tatapan antara geli dan ngeri hampir tampak serupa.

"Aku baru tahu kamu bisa berkata seperti itu," ucap Mimika terus terang.

Lihat selengkapnya