"Bangun, Mika."
"Errr …. nanti ….”
"Ayo, buruan bangun, Mika."
"Bentar."
"Libur gini jangan dilewatkan buat tidur di rumah saja."
"Ish, bawel deh!"
"Aku mau jalan-jalan, kamu tidak mau ikut?"
"Jalan-jalan?"
Mendengar kata jalan-jalan membuat Mimika dengan cepat menaikkan tubuhnya–dengan kecepatan penuh ke depan, hingga dia sekarang dalam posisi duduk di ranjang.
Mendengar suara seperti seseorang sedang menahan tawa, membuat Mimika membuka sedikit matanya dan mengintip ke samping.
"Kalau mau ketawa, silahkan. Tapi, beritahu aku dulu, kita mau jalan-jalan ke mana?"
"Taman safari, mau?"
"Mau!"
"Ya udah, pergi mandi lah sekarang. Aku udah masakin nasi goreng di bawah, tinggal kamu makan."
Mimika sontak menempatkan kedua telapak tangannya di pipi Doreko, lalu dia bilang, "Kamu yang terbaik!"
Doreko memegang kedua tangan Mimika dan menjauhkan telapak tangan Mimika dari pipinya.
"Sana, mandi sekarang."
"Oke!"
Sebelum masuk ke dalam kamar mandi, Mimika sempat bertanya, "Ngomong-ngomong uangnya dari mana?"
Doreko menjawab, "Tenang saja. Aku sudah menyisihkan sebagian dari uang jajanku. Ini uang berlebih kok."
Barulah, Mimika tersenyum lebar dan akhirnya pergi mandi.
"Demi kamu, apa yang enggak?" gumam Doreko.
Doreko tersenyum hingga membentuk garis penghubung sambil memandang selama beberapa detik pintu kamar mandi, kemudian dia beranjak dari ranjang Mimika. Dia berjalan ke arah pintu kamar, membuka pintu, dan menutup kembali pintunya.
Tak lama kemudian, Mimika turun dengan menggunakan kaus hitam bergambar dan celana pendek jeans berwarna biru muda. Otomatis pergerakan mata Doreko jatuh ke celana Mimika.
"Ganti dulu celana kamu. Kependekan itu."
"Aku lebih nyaman begini."
"Sana ganti …. atau, kita tidak jadi pergi."
Mimika mengerucutkan bibirnya. "Kan—”
Mimika hendak protes, namun Doreko sudah terlebih dulu memotongnya. "Tidak menerima protes. Sana pergi ganti."
Mimika memutar kedua bola matanya, kemudian berbalik dan pergi ke atas untuk mengganti dari celana pendek menjadi celana panjang jeans dengan warna biru muda.