Doreko membuka pintu kamar Mimika. Dia melihat Mimika sudah terlelap. Dia berjalan masuk dan mendekat ke tempat di mana Mimika berada.
Raut wajah Mimika yang sedang terlelap selalu membuat Doreko suka menatapnya lebih lama. Biasanya Doreko selalu tersenyum melihat Mimika, tapi hari ini malah Doreko terlihat sedih.
Hasilnya sudah keluar. Begitu melihat wajahmu, aku jadi semakin takut untuk mengetahui hasil tesku, tapi aku tetap harus pergi. Aku pergi sebentar. Kamu kutinggal bentar, ya. Kamu di sini saja, batinnya.
Doreko merapikan selimut Mimika agar ia tidak kedinginan, kemudian mengelus pelan kepala Mimika.
"Aku berangkat dulu," ucap Doreko dengan suara pelan.
Sebelum Doreko keluar dari kamar Mimika, dia masih sempat melihat Mimika dari kejauhan. Setelah itu, dia berangkat pergi ke rumah sakit dengan menggunakan sepeda motornya.
Doreko telah mengambil hasil cek darahnya, tapi dia masih perlu menunggu untuk bertemu dengan dokter. Dia tengah duduk di depan ruang dokter sembari sesekali melihat jam dinding yang berdetak sesuai dengan arah jarum jam.
"Doreko Rebon."
Mendengar namanya terpanggil, dia langsung bangkit berdiri dan masuk ke dalam ruangan dokter.
"Halo, Dok," sapa Doreko.
"Halo, mari silahkan duduk."
Doreko duduk di depan dokter. Dokter menatap wajah Doreko, sebelum akhirnya dokter membuka suara dan membuat raut wajah Doreko langsung berubah drastis.
"Maaf sebelumnya, tapi biar bagaimana pun kabar ini harus langsung saya sampaikan ke Anda. Dengan berat hati saya sudah melihat hasilnya dan Anda terkena penyakit leukimia."
Raut wajah Doreko antara sedih dan bingung bercampur menjadi satu.
"Tapi, jangan khawatir. Kami akan membantu Anda semaksimal mungkin."
Doreko meremas erat hasil tes yang berada dalam tangannya.
"Berapa lama?" Ketika Doreko menanyakannya, tubuhnya tampak bergetar.
Dokter menunggu Doreko melanjutkan apa yang ingin Doreko tanyakan.
"Berapa lama aku dapat bertahan hidup?" Akhirnya Doreko bisa mengeluarkan suara hatinya. Dia berusaha mengatur napasnya agar tidak menjadi terlalu emosional.
"Anda harus dirawat di rumah sakit, agar dapat segera diobati."
"Dok, yang aku tanyakan ... Berapa lama lagi waktu aku untuk dapat hidup?"
"Saya tidak dapat menjamin mengenai kapan kematian seseorang, meski saya seorang Dokter. Tapi, saya akan berusaha keras untuk Anda. Anda masih begitu muda. Saya akan mengusahakan yang terbaik buat Anda, jadi Anda harus segera rawat inap."
Doreko menundukkan kepalanya.
Kalau aku rawat inap, Mimika pasti jadi tahu tentang penyakitku ini.