BENANG MERAH

Huang Wiwin
Chapter #27

Part 27 Terbaring Lemah

Mimika melihat sosok Doreko sedang terbaring lemah di atas ranjang pasien. Dokter yang menangani Doreko sedang berada di tempat.

"Dia kenapa, Dok?" tanya Mimika.

Dokter yang sedang mengecek kondisi Doreko langsung melihat ke arah Mimika. "Apa Anda kenal dengan Doreko Rebon?"

"Aku keluarganya, Dokter," kata Mimika dengan pasti.

"Apa Anda tahu kondisi kesehatannya?"

Mimika menggelengkan kepalanya.

"Sepertinya yang dia maksud itu kamu."

Mimika mengernyitkan keningnya. "Maksudnya gimana, ya, Dok? Aku tidak mengerti."

"Seharusnya dia rawat inap mulai hari ini, tapi dia menolak."

"Memangnya dia sakit apa Dok? Kok sampai harus rawat inap segala?" Mimika mulai agak emosional. Ekspresinya dapat langsung tertangkap. Tatapan yang dingin.

Doreko sudah siuman. Dia mencoba menggerakkan jari jemarinya dan menaikkan sedikit tangannya ke atas. Mimika yang sadar langsung meraih tangan Doreko.

Mimika menatap lekat wajah Doreko. "Sebenarnya kamu ini sakit apa?"

Doreko tidak berani menjawab. Dia hanya diam dan melihat Mimika. Dokter yang awalnya hanya diam dan melihat mereka berdua, akhirnya membuka suara.

"Penyakit leukimia," ungkap dokter. Tatapan mata dokter sekarang tertuju ke Doreko. "Anak muda, Anda perlu rawat inap agar kondisimu dapat kita pantau," saran dokter.

Mimika mengalihkan wajahnya dari Doreko ke dokter. "Separah apa Dokter sakitnya?"

"Sudah terjadi infeksi di beberapa bagian dan sekarang harus segera melakukan kemoterapi, namun dibutuhkan persetujuan dari pihak keluarga," jelas dokter.

"Tidak ada cara lain Dok? Selain kemoterapi?" tanya Mimika.

Dokter menggeleng. "Hanya itu saran dari saya. Dicoba rundingkan saja dulu. Saya pamit dulu ya."

Mimika hanya terdiam di tempat, meski dokter dan suster sudah pergi. Doreko menelan ludahnya, lalu menggoyangkan sedikit tangannya.

Mimika menoleh. "Kamu mau diam saja? Sampai kapan? Sampai berapa lama kamu mau merahasiakan penyakitmu dari aku?"

"Maaf."

Satu kata yang paling tidak ingin Mimika dengar. Barusan kata itu sudah keluar dari bibir Doreko. Wajah Mimika terlihat sendu. Dia langsung memeluk Doreko.

"Kenapa, sih? Kenapa kamu selalu berusaha untuk berpura-pura kuat? Berpura-pura kalau kamu tuh baik-baik saja? Kenapa, Doreko? Apa kamu tidak lelah?"

Air mata Mimika langsung menetes. Doreko dapat merasakan bajunya mulai terasa basah. Doreko menaruh kedua tangannya di bahu Mimika, lalu ia mendorong pelan, hingga sekarang mereka berdua saling menatap satu sama lain.

Doreko menghapus air mata Mimika. "Jangan menangis lagi. Aku tidak mau kamu sedih."

"Gimana aku tidak sedih? Kamu sangat berarti buat hidup aku. Aku tidak mau kamu kenapa-napa. Apa kamu mengerti?"

Doreko mengelus kepala Mimika dan tersenyum tulus padanya. "Aku mengerti. Sangat-sangat mengerti semua tentang kamu. Maka dari itu, aku akan tetap menjagamu dan berada di sisimu."

"Tanpa perlu aku tahu kalau kamu lagi sakit? Begitu?"

Mimika menurunkan tangan Doreko dari kepalanya.

"Kali ini biar aku yang menjaga kamu. Biar aku tahu semua tentang kamu. Semua yang kamu rasakan. Biarkan aku lihat dan dengar. Bisa?"

Doreko mengangguk lemah. "Baiklah. Mohon bantuannya." Tidak lupa ia selipkan sebuah senyuman untuk Mimika.

Lihat selengkapnya