Mendengar cerita tentang Doreko dari bibir Mimika secara langsung membuat Linda langsung memeluk Mimika dengan begitu erat. Mimika menangis dalam pelukan Linda. Terasa begitu hangat dan menenangkan hati Mimika.
Sudah berlalu sejam sejak mereka selesai makan bersama dan berkumpul di ruang tamu. Mimika akhirnya mau terbuka dengan mereka.
Linda melepaskan pelukannya. Dia melirik Alfredo dan menunjuk dengan jari telunjuknya ke sebuah kotak tisu yang berada di atas rak televisi.
Alfredo langsung bangkit berdiri dari sofa dan berjalan pergi mengambil kotak tisu. Dia mengayunkan pelan di depan Mimika. Mimika meliriknya sekilas, lalu menarik beberapa lembar tisu. Dia mengelap wajahnya dan mengusap pelan hidungnya.
Linda perlahan bangkit berdiri dan memberikan kode ke Alfredo. Linda memberi ruang untuk Alfredo dan Mimika. Dia meninggalkan mereka berdua di ruang tamu dan masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.
Alfredo duduk di samping Mimika menggantikan mamanya. Dia meletakkan kotak tisu di atas meja, lalu melihat setiap pergerakan Mimika.
Mimika menaruh bekas tisu yang sudah ia gunakan di atas meja, lalu bercelangak-celinguk dan bertanya ke Alfredo. "Loh, tante ke mana?"
"Mama sudah masuk ke kamarnya. Mau tidur palingan."
Mimika hanya ber-oh-ria. Pada detik berikutnya, tiba-tiba Mimika teringat sesuatu. "Jangan kasih tahu mama kamu kalau aku bisa melihat Doreko dan dapat berkomunikasi sama dia, ya." Raut wajahnya begitu serius saat mengingatkan Alfredo.
"Iya, iya ... Kamu tenang saja. Aku tidak bocor kok," ucap Alfredo.
"Lalu, gimana tadi di sekolah?" tanya Alfredo, berusaha agar tidak kehilangan topik.
"Ah, iya. Aku belum cerita ke kamu. Aku ketemu sama Pak Budi. Harusnya, kan ... dia tidak ada jadwal masuk ke kelas kita hari ini. Eh, malah dia masuk di jam pelajaran pertama," bibirnya sambil menggerutu.
"Lah, kok kamu jadi diam saja?" Mimika menautkan alisnya.
"Aku suka memandangmu ketika kamu bicara. Aku mau menjadi pendengar yang baik." Kedua bola mata Alfredo tak luput dari wajah Mimika.
Dalam sekejap pipi Mimika memerah. Mimika tertangkap secara langsung oleh Alfredo. Alfredo tersenyum melihat Mimika. Mimika lantas memalingkan wajahnya ke arah lain.
Sentuhan lembut tangan Alfredo pada pipi Mimika membuat Mimika perlahan berbalik kembali melihat wajah Alfredo.
"Aku lebih suka melihat kamu seperti ini. Rasanya hatiku jauh lebih tenang. Rasanya ringan sekali. Entah mengapa, tapi inilah yang aku rasakan. Paling jujur dari dalam lubuk hatiku," ungkap Alfredo.
"Al," panggil Mimika.
"Hmm ..."
"Aku bingung harus bagaimana menanggapi kamu ...."