BENANG MERAH

Huang Wiwin
Chapter #30

Part 30 Suatu Hal

"Kenapa kamu bisa ada di sini?"

Bunuh ...

Bunuh ...

Akan kubunuh kamu!

Alfredo bergidik ngeri, tapi dia berpikir tidak seharusnya ia takut dengan sosok tak kasat mata.

"Doreko. Sadarlah. Kamu tidak seharusnya berbuat jahat ke orang lain. Kamu juga sudah melukai Mika," ucapnya pelan, meski sebenarnya ia ingin berteriak sekeras-kerasnya ke Doreko.

Alfredo mengurungkan niatnya, lantaran ia tidak mau mengganggu Mimika yang sudah berada di dalam kamar tamu. Jarak antara pintu utama dengan kamar tamu hanya disekat dengan sebuah ruangan bertembok tinggi di samping pintu utama.

"Aku mengerti kamu masih belum rela meninggalkan Mika. Akan tetapi, harusnya kamu itu sudah tidak dapat ikut campur dengan urusan orang-orang yang masih hidup. Kamu hanya akan menyakitinya lebih jauh, andai kamu tidak mau berhenti sekarang," papar Alfredo.

Tidak ada seorang pun yang dapat bersamanya lebih baik daripada aku.

"Akan kubuktikan ke kamu. Aku mampu menjaganya dengan baik. Ada atau tanpa dirimu ... aku akan membuat kamu sadar dengan sendirinya. Kamu bisa memantau setiap tindakanku. Aku menjamin yang kamu katakan ke aku barusan itu tidak benar," tegas Alfredo.

Alfredo menunjuk Doreko. "Biar kuperingatkan kamu." Raut wajah Alfredo langsung berubah garang. "Jangan pernah kamu mencoba untuk menyakiti siapa pun lagi. Cukup aku dan Mika saja. Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja, meski kamu sudah pernah mati sekali."

Alfredo langsung menutup pintu utama dan menguncinya. Dia berbalik dan berjalan pergi menaiki tangga satu per satu, hingga masuk ke dalam kamarnya. Dia tidak peduli lagi dengan Doreko yang entah masih berada di luar sana atau sudah pergi.

Keesokan hari di rumah sakit. Alfredo diantar oleh Linda hanya sampai di luar pintu lobi rumah sakit. Alfredo berjalan menuju ke ruangan Paul. Dia langsung masuk tanpa perlu mengantri terlebih dulu.

"Halo, Om," sapa Alfredo.

"Halo, Al. Keponakanku yang cakep ini. Langsung duduk saja," ujar Paul. Senyuman terukir di bibirnya.

Alfredo duduk di kursi yang telah disediakan di dekat meja kerja Paul. Paul langsung mengecek kondisi tubuh Alfredo. Mulai dari bagian bahu, punggung belakang, pinggang, hingga tangan dan kaki.

Paul memijit bagian bahu. Alfredo langsung meringis, tapi tidak sesakit seperti yang pertama kali ia rasakan waktu itu.

"Yang sakit hanya bahu saja? Punggungmu masih terasa sakit tidak?" tanya Paul.

Alfredo menggelengkan kepalanya. "Sakitnya terasa di bagian bahu saja."

"Kalau dahimu gimana? Ada rasa pusing?" tanya Paul.

"Engga ada sih Om, kalau pusing," jawab Alfredo.

Paul melihat luka Alfredo yang letaknya di dahi sudah mengering. "Tapi, kamu masih perlu menaruh obat di dahimu itu. Jangan lupa oleskan tiap hari."

"Kalau Om lihat, bahuku gimana?" tanya Alfredo.

"Tidak ada masalah serius, tapi sementara ini kamu jangan angkat yang berat-berat dulu. Cuma itu saja saran dari aku," terang Paul.

"Kalau begitu, Om ... Rumah Mika sudah selesai dibersihkan?"

"Sudah kok. Kuncinya sudah kembali ke tanganku," jawab Paul.

Lihat selengkapnya