Alfredo masuk ke dalam rumah dengan membuka pintu utama. Dia meletakkan beberapa kresek bening di atas meja makan, kemudian dia berjalan naik ke atas tangga menuju ke lantai dua.
Dia mengetuk pintu kamar Mimika. Tidak terdengar sautan dari dalam sana. Alfredo tiba-tiba teringat kembali hari di mana Mimika jatuh sakit. Tanpa berpikir panjang Alfredo langsung membuka pintu kamar Mimika.
Alfredo menemukan Mimika tengah duduk di lantai sambil menundukkan kepalanya. Alfredo langsung panik dan berlari cepat ke tempat Mimika.
"Mika," panggil Alfredo. Alfredo berusaha mengesampingkan rambut Mimika agar ia dapat melihat wajah Mimika. Mimika refleks memeluk Alfredo.
"Al ... Dia menghilang. Dia tidak ada. Gimana? Aku harus gimana?" Tangisan Mimika pecah dalam pelukan Alfredo.
Alfredo yang semula hanya diam di tempat langsung menepuk pelan punggung belakang Mimika. Dengan intonasi rendah dia berkata, "Tenang, Mika. Ada aku di sini."
"Al, dia pergi. Dia benar-benar pergi ...," suara lirih Mimika terdengar begitu menyakitkan bagi Alfredo.
"Bila dia memang pergi, setidaknya dia bakal memberitahu kamu terlebih dulu, bukan?" kata Alfredo. Dia berusaha menenangkan hati Mimika.
Mimika tidak bersuara sama sekali. Alfredo membiarkan Mimika tetap memeluknya. Mimika menghapus pelan air matanya, lalu ia perlahan melepaskan pelukannya.
"Aku lapar," ucap Mimika secara tiba-tiba.
Alfredo sedikit melongo, tapi secepat kilat bibirnya membentuk sebuah ukiran senyuman penuh. "Ayo, kita turun," ajak Alfredo.
Mimika mengangguk. Alfredo membantu Mimika berdiri dan menggandeng tangan Mimika turun ke lantai bawah.
"Aku bantuin juga, ya." Melihat muka memelas Mimika membuat Alfredo tidak jadi melarangnya. Alfredo hanya bisa mengangguk pasrah.
"Kamu bantuin masak nasi, cuci sayuran, sama tata meja saja. Gimana?" usul Alfredo.
"Siap!" seru Mimika.
Setelah Mimika selesai mencuci sayur dan menata meja, Mimika kembali ke dapur untuk melihat Alfredo yang sedang memasak.
Tangan Alfredo tampak cekatan memegang spatula dan mengaduk daging ayam. Rasa lapar Mimika pun kembali datang. Mimika mengelus pelan perutnya. Alfredo yang tanpa sengaja melihatnya, refleks ia tertawa kecil melihat tingkah Mimika.
Mimika langsung mendelik ke arahnya. "Apa ketawa-ketawa?"
Alfredo mencubit pelan pipi Mimika. "Gemesin kamu tuh." Mengabaikan Mimika yang mendengus di sampingnya. Dia kembali memasak dan menaruh daging ayam yang sudah matang di atas piring.
"Nih." Dia memberikan piringnya ke Mimika. Mimika memicingkan matanya, tapi ia tetap mengambilnya dari tangan Alfredo.
"Tolong bantu bawa ke depan ya. Sekalian tungguin aku di depan saja. Sisa sayur hijau saja kok," kata Alfredo.
Mimika membawanya ke ruang makan. Dia menaruh di tengah meja makan. Tak lama kemudian, Alfredo keluar dengan membawa sebuah piring berisi sayur bayam dan menaruhnya di tengah meja–samping daging yang tadi ia masak.
"Nasinya belum, ya?" tanya Alfredo.
"Bentar, aku cek dulu," kata Mimika.