BENANG MERAH

Huang Wiwin
Chapter #39

Part 39 Merelakan Kepergianmu

Mimika tengah menatap layar ponselnya. Tidak ada tanda-tanda dia akan berhenti menatap kalender di depannya.

"Berhenti menatap layar ponselmu. Matamu bisa keluar dari asalnya, kalau kamu tidak berhenti sekarang juga," tegur Alfredo.

Mereka berdua kini sedang berada di ruang makan. Lauk dan sayur sudah tersedia di depan mata, tetapi Mimika malah mengabaikannya. Dia malah memilih untuk terus menghitung hari yang sudah dilewatkannya.

"Mika," panggil Alfredo, tapi Mimika tidak menghiraukan panggilan dari Alfredo.

Waktu sudah berlalu sejak tadi selama beberapa jam yang lalu dari Mimika menangisi kepergian Doreko dan membaca surat yang Doreko tinggalkan untuk Mimika serta Alfredo yang pergi memasak untuk makan malam mereka dan sejak tadi pula pandangan Mimika tidak lepas dari ponselnya.

Merasa gemas dengan Mimika, pada akhirnya Alfredo merebut dari tangan Mimika. Alhasil ponsel Mimika sekarang berada di tangan Alfredo. Alfredo meletakkan ponsel Mimika di sampingnya agar Mimika tidak dapat mengambilnya kembali.

"Ish! Balikin dong, Al," protes Mimika.

Alfredo menggelengkan kepalanya. "Tidak. Kamu harus makan dulu. Sudah cukup dari tadi kamu terus melihat ponselmu."

Mimika mengerucutkan bibirnya. Alfredo hanya bisa dengan sabar menghadapi Mimika. Alfredo menaruh lauk dan sayur ke piring Mimika. Meski Mimika sedang ngambek, tapi dia tetap memakan makanan yang ditaruh Alfredo, hingga habis tak bersisa.

Alfredo yang memasak dan Alfredo juga yang membersihkan semuanya. Mimika kembali mengambil ponselnya dan kembali menghitung tanggal yang ada di dalam kalender ponselnya.

Tak lama kemudian, Alfredo menyusul Mimika ke ruang tamu. Dia duduk di samping Mimika sembari melihat layar ponsel Mimika.

"Kamu dari tadi sedang apa?" tanya Alfredo penasaran.

"Aku lagi menghitung hari," jawab Mimika, tanpa melihat ke arah Alfredo.

Alfredo mengernyitkan dahi. "Menghitung hari?"

Mimika berkata, "Sudah 49 hari sejak kepergian Doreko."

Alfredo berpikir sejenak. "Besok kita pergi, yuk," ajaknya.

Pusat pandangan Mimika langsung beralih ke Alfredo. Dia menatap lekat wajah Alfredo. Sepasang matanya berbinar-binar. "Mau ke mana?"

"Kamu pengennya ke mana?" tanya Alfredo.

"Ke mana pun boleh?"

Alfredo mengangguk. "Iya. Ke mana pun boleh. Selama masih dapat dijangkau."

"Taman bermain."

"Besok kita langsung berangkat."

"Ayo!" seru Mimika.

"Kalau begitu sekarang ponselnya diletakkan dulu," ucap Alfredo.

Mimika menutup layar ponselnya dan meletakkannya di atas meja, kemudian berbalik untuk melihat Alfredo. "Sudah."

Senyuman terukir di bibir Alfredo. "Nah, begini seharusnya dari tadi," kata Alfredo, "ada yang mau kubahas sama kamu," lanjutnya. Tidak ada lagi senyuman di bibirnya.

"Apa itu?" tanya Mimika.

Lihat selengkapnya