Mimika mengernyitkan keningnya. Ruangan kamar yang ditempati Alfredo terlihat rapi. Tidak ada tanda-tanda Alfredo berada di dalam kamar. Mimika kembali menutup pintu kamar dan turun ke bawah.
Aroma wangi masakan terhirup oleh hidung Mimika. Mimika melangkahkan kaki berjalan menuju ke dapur. Terlihat punggung belakang Alfredo dengan pakaian kemeja berwarna merah muda dan celana ponggol berwarna putih.
"Al, kamu lagi buat apa?"
Mendengar suara Mimika membuat kedua tangan Alfredo berhenti dan langsung menoleh ke asal suara.
Bukannya menjawab, alih-alih justru Alfredo bertanya ke Mimika. "Kamu sudah bangun?"
"Iya. Cepat, kan?" Dari raut wajah Mimika terlihat adanya kepuasan diri karena telah bangun lebih awal dari yang dia perkirakan. Mimika berjalan menuju ke tempat di mana Alfredo berada. "Lagi masak apa, sih?"
Mimika melihat-lihat area dapur dari samping Alfredo. Alfredo rupanya tengah membuat roti bakar berisi daging ayam, selada, tomat, dan telur dadar di dalamnya.
Serajin itu kamu, Al, batin Mimika.
"Lebih baik kamu pergi mandi dulu, habis itu kita makan bareng, sebelum nanti makanannya menjadi dingin," ucap Alfredo.
"Oke," balas Mimika singkat.
Mimika lantas berbalik dan pergi meninggalkan dapur. Dia naik ke atas dan kembali ke dalam kamarnya. Dengan segera dia pergi mandi. Sebelum itu, dia telah menyiapkan pakaian untuk dia kenakan setelah selesai mandi.
Hari ini Mimika mengenakan pakaian terusan selutut berlengan panjang dengan renda keliling di ujung pergelangan tangannya masing-masing dan di lingkaran rok bawah. Semuanya serba berwarna putih, ditambah dengan Mimika yang mengenakan sebuah bando sebagai aksesoris pelengkap di kepalanya.
Mimika terlihat sangat cantik di mata Alfredo, hingga pandangan Alfredo tidak beralih ke arah lain selain ke Mimika. Mimika menghampirinya dan mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Alfredo, hingga membuat Alfredo akhirnya mengedipkan matanya.
"Cantik," kata Alfredo pelan.
Mata Mimika berbinar. "Benarkah?"
Alfredo menganggukkan kepalanya sekali. "Tentu saja," jawabnya cepat.
Senyuman terukir di bibir Mimika. Alfredo semakin terpesona dengan aura yang terpancar dari wajah Mimika, hingga dia melupakan waktu yang harus mereka kejar.
"Aku lapar," ucap Mimika.