Alfredo pergi membeli tiket dengan Mimika yang berdiri di sampingnya sedari tadi. Suasana cukup ramai dengan antrian yang lumayan panjang. Beruntungnya hari ini cuaca sedang mendukung dengan cahaya yang terlihat terang dan cerah dari langit dan terasa sejuk di tubuh.
Suhu udara di puncak sekarang sudah tidak sedingin dulu. Mimika tidak merasa kedinginan sama sekali, padahal biasa dia kurang tahan terkena dingin. Entah itu suhu udara dari alam ataupun alat elektronik pendingin.
"Sebentar lagi sudah giliran kita," ucap Alfredo.
Mimika hanya membalas dengan sebuah senyuman, kemudian kembali memandang ke arah depan. Tersisa dua orang di depan mereka yang sedang mengantri. Mimika sudah tidak sabar ingin menguji nyali dengan bermain berbagai wahana yang ada di dalam.
Tidak lama kemudian tiba giliran mereka. Alfredo yang membeli tiket dan Mimika hanya menunggu di sampingnya. Dua tiket sudah berada di tangan Alfredo. Alfredo memegang tangan Mimika dan menarik Mimika untuk menepi ke tempat yang jarang dilalui oleh orang.
Alfredo memasangkan gelang tiket masuk ke pergelangan tangan kanan Mimika dan menarik tiketnya agar tidak longgar, kemudian dia memakai sendiri untuk dirinya dengan cara yang sama dengan Mimika.
Kedua mata Mimika berbinar-binar. Lantaran begitu senang, Mimika refleks menarik tangan Alfredo menuju ke pintu masuk. Alfredo hanya bisa pasrah sekaligus senang secara bersamaan dengan senyuman penuh terukir di bibirnya.
Mimika memulai dengan menaiki wahana berputar di udara bersama dengan Alfredo. Raut wajah Alfredo langsung pucat pasi begitu mereka selesai bermain pada putaran pertama.
"Astaga, Al! Wajahmu pucat sekali!" pekik Mimika. Raut wajah Mimika terlihat begitu khawatir. "Kalau kamu tidak sanggup, sebaiknya kita beristirahat dulu."
Alfredo menggelengkan kepalanya. "Aku bisa kok. Aku hanya sedikit kaget. Baru pertama kali aku bermain permainan seperti ini."
Perkataan Alfredo bagi Mimika kurang berkenan di hatinya. Perasaan Mimika menjadi campur aduk. "Apa bagusan kita duduk-duduk dulu?"
Alfredo menaikkan tangannya di udara. Dia menunjukkan jari jempolnya di depan Mimika. "Aman kok. Tenang saja." Alfredo menggenggam tangan Mimika dan membawanya pergi dari wahana pertama menuju ke wahana lain.
"Al, beneran tidak apa-apa?" tanya Mimika, begitu mereka sudah berada di wahana kedua dan sedang menunggu antrian yang cukup panjang.
Alfredo tersenyum ke Mimika. "Serius, Mika ... Aku baik-baik saja. Jangan khawatir." Alfredo mengelus pelan kepala Mimika dengan tangan satunya. "Aku mau hari ini kamu bisa bersenang-senang. Dan, kalau kamu senang, aku pun jadi ikut senang."
"Ya, sudah. Kalau kamu sudah bilangnya begitu, apa boleh buat ...," kata Mimika.
Alfredo menurunkan tangannya dari kepala Mimika, namun tangan lainnya tetap menggenggam dengan erat tangan Mimika. Tidak ada penolakan dari Mimika. Dalam hati Alfredo merasa sangat bahagia, meski sebelumnya dia sempat mabuk ketinggian.