BENANG MERAH

Huang Wiwin
Chapter #42

Part 42 Sekamar

Sepertinya tidak ada kata-kata yang cocok untuk mendeskripsikan seberapa besar kebaikan yang sudah kamu berikan untukku seorang.

-Mimika Pamela-


Dengan perlahan mereka berjalan bersama sembari meraba sekitar agar tidak terantuk. Mereka berdua berpindah dari ruang tamu dan kini sudah berada di dalam kamar utama.

Mereka merebahkan diri di atas ranjang. Jarak di antara keduanya begitu dekat. Semua karena Mimika masih tetap takut. Selama ini dia selalu tidur dengan menggunakan lampu tidur. Tanpa cahaya yang menerangi sekitar, Mimika merasa seperti ada sesuatu yang kurang. Entah kenapa dia merasa begitu ketakutan. Seakan-akan kegelapan sewaktu-waktu bisa menelannya.

Mimika menggenggam erat tangan Alfredo. "Al, kamu jangan pergi ke mana-mana ya," pinta Mimika.

Alfredo menepuk pelan bahu Mimika secara teratur. "Tenang saja, Mika. Aku hanya ada di sampingmu. Sekarang kamu coba pejamkan mata kamu. Biar kamu duluan yang tidur. Aku temani kamu."

Kata yang Alfredo ucapkan ke Mimika terasa bagaikan sebuah sihir. Secara otomatis Mimika langsung menutup kedua bola matanya. Tepukan Alfredo pada bahu Mimika terasa begitu nyaman buat Mimika. Rasa takut Mimika perlahan menghilang berganti dengan rasa kantuk. Mimika tertidur dengan sendirinya.

Suara napas teratur Mimika dapat terdengar sampai ke telinga Alfredo. Alfredo menarik kedua sudut bibirnya secara bersamaan. Dia tetap berada pada posisinya sampai dia sendiri pun ikut tertidur di samping Mimika.

Angin yang berembus dari luar jendela kamar membuat mereka berdua semakin nyenyak dalam tidur mereka, hingga pagi hari datang menjemput dan Alfredo menjadi orang pertama yang bangun terlebih dulu.

Posisi tidur mereka berubah dari yang sebelumnya. Alfredo terbangun dengan memeluk erat tubuh Mimika. Alfredo perlahan melonggarkan pelukannya, kemudian dia perlahan bergeser agak menjauh dari Mimika. Setelahnya dia langsung beranjak dari ranjang dan berjalan keluar melalui pintu kamar. Meninggalkan Mimika yang masih berada di alam mimpi.

Selang sejam setelah keluarnya Alfredo dari dalam kamar utama, terlihat Mimika sedang membalikkan tubuhnya. Mimika mencoba meraba-raba sekitar, tapi tidak merasakan adanya sosok Alfredo di sampingnya. Mimika langsung membuka kedua matanya. Dia mengedarkan pandangan ke segala arah. Dari sana dia baru sadar pagi sudah datang menjemputnya untuk segera bangkit berdiri dari ranjang.

Mimika menggeserkan tubuhnya, hingga dekat dengan tepi ranjang. Mimika bangkit dari ranjang dan posisinya sekarang sedang dalam posisi duduk di tepi ranjang. Dia menunggu jeda selama beberapa menit, barusan dia bangkit berdiri dan keluar dari kamar melalui pintu kamar yang tidak tertutup rapat oleh Alfredo.

Alfredo sengaja tidak menutup rapat pintu kamar. Dia tidak mau mengganggu waktu tidur Mimika hanya gara-gara Mimika mendengar suara pintu tertutup–yang terdengar begitu nyaring di telinga.

Alfredo yang sekarang sedang berada di dapur, bahkan dapat mendengar suara pintu kamar terbuka. Refleks dia mengintip dari arah dapur.

Alfredo menaikkan tangan kanannya di udara sembari melambaikan tangannya selama beberapa kali untuk menyapa Mimika. "Halo, selamat pagi. Apakah tidurmu nyenyak?"

Mimika mengangguk dengan malas dari tempatnya, kemudian dia melangkahkan kaki berjalan menuju ke tempat Alfredo. Dia menjawab sekenanya, "Lumayan."

Lihat selengkapnya