Benang Merah

Bulan Purnama
Chapter #2

PART 1# Selamat Ulang Tahun, Sayang.

Matahari mulai tenggelam. Langit kemerahan di ufuk barat tak mampu sembunyikan wajah Bintang yang pucat. Ini penerbangan pertamanya. Bintang takut ketinggian, namun disembunyikan perasaanya dibalik dingin sikapnya, dia tak ingin terlihat lemah dimata istrinya.

Luna menyandarkan kepala di bahu suaminya.

Dari boarding room terlihat banyak pesawat di luar kecil-kecil seperti mainan. Sebuah pesawat baru saja take-off melintas di cakrawala.

Langit jingga ungu violet kemerahan di latar belakangnya, indaah sekali. 

Besok hari ulang tahun Luna. Mereka ingin menghabiskan waktu liburan di Singapura. Ia sudah memesan dua buah tiket round trip, booking hotel dan baju-baju Bintang pun sudah disiapkan semuanya. Dalam segala kesempatan Bintang memang selalu terima beresnya saja. Tinggal bawa badan, dan terkadang itu membuat Bintang lupa ketika hari H tiba.

Tidak terlalu sering mereka pergi berdua saja seperti ini.

Semasa pacaran pun mereka lebih sering menghabiskan waktu di rumah saja, ngobrol di teras atau nonton TV bersama. Apalagi sekarang sudah ada Bright buah hati mereka. Baru kali inilah mereka meninggalkan Bright bersama neneknya.

Dan penerbangan petang itupun tenang tanpa hambatan.

 

***

 

Langit bersih, benar-benar bersih, tak setitik pun awan yang kelihatan. Bintang-bintang bertaburan, udaranya sejuk menyenangkan. Sejoli yang telah menjadi suami istri itu makan malam ditemani candle-light di sebuah restoran ditepi Singaporean River. Suasananya begitu indah dan romantis.

 Orang-orang yang berlalu-lalang di pedestrian di sepanjang pinggiran sungai terlihat bersuka cita. Senyum ceria tersemat di wajah-wajah mereka. Bercanda, tertawa, berfoto bersama dengan latar belakang kapal-kapal touris yang melintas dengan anggunnya. Lampu-lampu berwarna warni bertebaran dimana-mana menghidupkan suasana.

Terlihat sepasang kekasih berciuman begitu mesranya, lupa akan sekelilingnya seolah dunia hanya milik mereka berdua. 

Luna memandang pria didepannya. Wajah itu dingin-dingin saja, seperti biasa. Tidak terlihat gembira apalagi bahagia.

Datar.   

Rasanya Luna tak pernah tahu apa yang ada dalam hati suaminya.Bahkan setelah tiga tahun usia pernikahan Luna masih merasakan asing akan suaminya. Seolah terbentang jarak diantara mereka ribuan mil jauhnya.

Bintang buru-buru menyelesaikan suapan terakhir di piringnya, lalu keluar ruangan dan menghabiskan waktunya di taman, meninggalkan Luna yang belum selesai makan, sendirian.

Dari balik dinding kaca, Luna melihat Bintang menyalakan korek api membakar rokok di mulutnya, lmenghisap dan mengepulkan asapnya ke udara.

 Luna menyapu pandangan ke seluruh sudut dan ruang.

Seorang pria asing yang tengah duduk sendiri di sudut ruang memandang kearahnya seraya tersenyum kepadanya. Pria itu mengangguk, mengangkat gelasnya menawarkan minuman. Gadis itu menelungkupkan kedua telapak tangan di depan dadanya sambil tersenyum sopan bergegas pamit meninggalkan tempat duduknya, keluar mendekati suaminya dan berdiri disebelahnya. 

Menemaninya.

 

**

 

Luna bertemu Bintang dalam sebuah pameran Property. Luna sedang mencari rumah, Bintang bekerja di kantor developer sedang bertugas di stand pameran. Bintang memang pemuda yang beruntung. Selain bisa mendapatkan customer yang akhirnya membeli rumah yang tengah dipamerkaannya, dia juga berhasil mempersunting Luna tak lama setelah perkenalan itu.

Bintang sosok yang sangat percaya diri, malah boleh dibilang PDnya overdosis.

Lihat selengkapnya