Jam dinding menunjukan pukul sepuluh lewat ketika terdengar pintu rumah diketuk. Ada apa tamu malam-malam, batinku.
“Selamat malam bu, Bapak ada?” Tanya seseorang yang sudah berdiri menunggu di depan pintu.
“Belum pulang tuh mas.” Jawabku singkat.
“Biasanya pulang jam berapa bu?”
“Nggak tentu sih mas, tapi seringnya lewat jam 12 baru ada di rumah. Ada perlu apa ya?”
“Saya dari Leasing mobil bu, kemarin bapak janji mau bayar cicilan hari ini, tapi sampai sekarang belum masuk juga.”
“Harus banget malam-malam seperti ini? Memangnya sudah berapa lama nunggaknya?”
“Baru bulan ini sih bu.”
“Bukannya udah biasa ya, Bapak telat?” Balasku
“Masalahnya tadi siang Bapak sudah janji Bu, kebetulan hari ini terakhir pas tutup buku. Saya telponin nggak diangkat. Bapak gitu sih bu orangnya, tidak kooperatif jadi kitanya yang susah.”
“Mungkin dia lagi meeting atau lagi di tol jadi nggak bisa angkat telpon.” Aku mencoba memberi alasan.
“Apa banyak ya bu orang yang datang kesini, kok Bapak susah dicari”
“Maksudnya?” Aku mulai tak suka.
“Setiap bulan pembayaran dari Pak Bintang selalu macet.” Jelasnya pendek.
“Yang penting kan akhirnya dibayar mas. Bapak kan bukan orang gajian. Uang buat bayar cicilan juga harus dicari dulu. Kemarin sih katanya ada beberapa tagihan yang mestinya sudah masuk. Kalau tagihan belum cair ya bisa apa. Masih diusahain kok mas, tenang aja,” lanjutku mengarang bebas.
“Masalahnya kalau pembayaran dari Bapak nggak jadi masuk hari ini, kita semua nggak terima insentive. Sia-sia kerja kita sebulan bu,” keluh orang itu.
“Ohh...”