Panas yang sangat terik pada suatu siang, sebuah telepon dari kantor polisi memintaku untuk datang.
Pikiranku berantakan tak karuan.
Siang itu juga aku langsung ke kantor polisi seperti yang ditunjukan.
Setelah ditanya maksud dan tujuannya aku digiring masuk ke dalam sebuah ruangan sempit dan pengap. Ruang tahanan.
Hampir tak percaya aku akan pemandangan di hadapanku.
Mengenakan kaos singlet putih, celana pendek, aku hampir tak mengenali pria di depanku. Orang yang terdekat dalam kehidupanku seperti orang asing yang tak pernah kukenali. Seperti copet yang baru tertangkap di pasar. Duduk di lantai dalam keadaan tak berdaya.
Miris melihatnya.
Aku tak berkata apa, hanya air mata kutahan mengenang di pelupuk mata. Sebongkah batu besar terasa menyesak didadanya. Tak sampai hati aku memandangi pria itu lebih lama, aku keluar dari ruangan itu.
***
Tak pernah terbayangkan pula dalam kehidupanku berurusan dengan Hotel Prodeo. Dia Bintangku. Bapak dari anakku. Meringkuk sendiran di dalam sana, ruang tahanan yang lembab dan dingin.
Bintang dilaporkan dengan tuduhan Wan Prestasi untuk pekerjaan yang tak dapat diselesaikannya. Berdasar kontrak kerja dia diharuskan membayar denda sebesar 50 juta. Sang penuntut, clientnya akan mencabut tuntutannya bila dia sanggup mengganti dengan membayar dendanya.