Aku terkejut bukan main melihat ibu yang membukakan pintu sepulang dari kantor. Kemudian Bapak menyusul di belakangnya seperti tak sabar ingin melihat putri kesayangan mereka. Berhamburan mereka berebutan memelukku. Rasanya ingin menangis aku melihat wajah orang tuaku yang nampak begitu tua, letih, dan sunyi. Kerut-kerut di wajah mereka membuatku merasa aneh dan asing. Sulit untuk membayangkan bertahun-tahun orang inilah yang telah membesarkanku, dengan penuh kasih sayang, dengan penuh cinta, sepenuhnya-penuhnya tak ada kurang-kurangnya. Segumpal batu serasa menyesak di dada memandang rambut-rambut mereka yang memutih seperti tak menyentuh sisir bertahun lamanya.
Aku masih bisa membayangkan seorang wanita muda yang cantik, lembut, berambut hitam lebat dan panjang membonceng dan seorang pria tampan, gagah, dengan sepedanya menyusuri jalan pinggiran desa sepulang kerja. Seorang gadis cantik dan seorang pria tampan yang saling jatuh cinta, kemudian menikah, sembilan bulan kemudian melahirkan seorang bayi mungil. Itu adalah saat-saat yang paling membahagiakan dan dinanti-nantikannya, mendapatkan anugerah terindah dalam kehidupan keluarga kecil mereka.
Setiap hari bapak dan ibu muda bergantian menimangnya, menggantikan popok, menyiapkan makanan, memandikan, dengan penuh cinta dan kegembiraan. Kebahagiaan mereka saat melihat buah hatinya sudah bisa duduk sendiri, seperti mendengar nyanyian surga saat kata 'Ibuu...' diucapkan pertama kali, kemudian melihat si kecil mulai merangkak, berdiri sendiri, dan dengan penuh kesabaran mereka menggenggam tangan tangan mungil itu menuntunnya berjalan … tahh titahh ... titah ... titahhh ...
setapak demi setapak kaki kaki mungil itu melangkah, hingga akhirnya bisa berjalan sendiri, bermain, berlari, tertidur di depan tivi.
Kemudian tangan sang Bapak yang kuat dengan penuh kasih sayang mengangkat tubuh gadis kecil yang tertidur di depan tivi, menidurkan kembali di ranjang dan menyelimuti tubuhnya. Memeriksa apakah ada nyamuk yang nakal. Sesekali terdengar tangannya bertepuk, Plok!! menangkap nyamuk yang tak sengaja lewat didepannya. Bahkan seekor nyamuk pun tak dia biarkan selamat bila menyentuh kulit putri tercintanya.
Tah titah titahh ...
Akulah bayi mungil itu. Akulah buah hati kesayangan mereka. yang mereka didik dan jaga dengan penuh cinta.
Setiap kali sakit, walaupun hanya flu biasa tangan bapak selalu dengan ringannya memijit-mijit pundak, leher, juga punggungnya.
Sang Ibu yang selalu memuliakan anak-anaknya, selalu yang terbaik yang diberikan untuknya walaupun untuk itu dia harus prihatin yang teramat sangat.
Bapak dan ibu telah mendidikku dengan baik semampu mereka, sepengetahuan mereka. Mereka kerahkan segala daya upaya untuk dapat selalu bisa memenuhi kebutuhan anaknya hingga dia tumbuh menjadi gadis yang mandiri, kuat, rajin, dan selalu bersyukur.
Apapun akan mereka lakukan demi melihat anaknya bahagia. Tak ada yang lebih membahagiakannya selain melihat anaknya bahagia