BENANG TAKDIR

Ira A. Margireta
Chapter #4

BAB 3

Remaja putra putri, Ibu-Ibu, Bapak-Bapak, anak-anak kecil berjalan menuju ke halaman masjid. Dinda, Anisa dan Rahma berjalan bersama sambil berbincang.

Sampai di teras, mereka bertemu dengan Oman yang habis berwudhu. Oman memberhentikan langkah kaki Dinda, Anisa dan Rahma.

"Assalamu'alaikum para penghuni surga," kata Oman yang kemudian memberikan senyumannya kepada mereka.

"Waalaikumsalam," balas Anisa dengan suara biasa.

"Waalaikumsalam," balas Rahma dengan suara sopan.

"Waalaikumsalam!" balas Dinda dengan suara dingin.

"Subhanallah, calon makmumku seperti itu kalau menjawab," kata Oman yang membuat Dinda emosi.

"What! calon makmum, hello, ngaca dulu dong," kata Dinda kesal.

"Dinda, lebih baik kamu masuk. Oman, gak sopan seperti ini," kata Anisa, karena semua orang melihat tingkah laku mereka.

"Maaf Kakak ipar, makmumku aku masuk dulu ya," kata Oman yang masih menggoda Dinda.

Dinda sangat kesal merasa jijik, ingin sekali memukul Oman. Anisa di sampingnya memaksa Dinda masuk ke dalam masjid.

Adzan berkumandang.

Para Jamaah tengah melakukan ibadah sholat.

Setelah selesai melaksanakan sholat dan dakwah, selanjutnya...

Para remaja masjid, dan juga Anisa, Dinda, Rahma, Adnan dan Oman membagikan berupa kotak makanan. Rahma senyum sendiri memperhatikan Adnan yang berada di depannya. Dinda dengan tidak sengaja melihat Rahma senyum sendiri. Dinda pun mengganggu Rahma yang sedang terpesona kepada Adnan.

"Kak Rahma kenapa senyam senyum begitu? apa yang Kak Rahma lihat?" tanya Dinda melihat depan.

"Gapapa," jawab Rahma, dia terkejut dengan perkataan Dinda.

"Ada yang kau suka ya?" kata Dinda yang masih menggoda Rahma.

Dinda dan Rahma bicara sambil memberikan kotak makanan.

"Kamu itu bicara apaan sih?" kata Rahma.

"Oh ya, katanya kamu mau kuliah, kuliah di mana?" tanya Dinda penasaran.

"Mungkin dekat-dekat sini. Anisa mau kuliah juga?" tanya Rahma balik.

"Aku gak tahu, tapi katanya sih iya," kata Dinda. "Ambil prodi apa?" tambahnya.

"Insya Allah kedokteran," kata Rahma.

"Wiiihhh, sama dong... kak Anisa juga ambil prodi itu," kata Dinda.

"Oh ya?" kata Rahma.

Rahma selintas melihat Adnan dan kemudian tersenyum lagi. Rahma fokus kembali memberikan kotak makanan.

***

Bapak sedang membaca koran di teras depan sendirian.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Adnan.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," Balas Bapak kaget. "siapa ya?" kata Bapak yang tidak mengenali Adnan, karena perubahan Adnan membuat Bapak pangling.

Bersalaman, "Masa lupa sama saya Pakdhe, saya anaknya Pak Somat, Adnan," kata Adnan.

"Oalah, Adnan, ya ampun, kapan kamu pulang?" kata Bapak menepuk pelan pundak Adnan.

"Sudah seminggu ini Pakdhe. oh ya ini dari Abah," kata Adnan memberikan rantang makanan.

"Ya ampun repot-repot segala, makasih," kata Bapak. menerima pemberiannya.

"Pak makanannya sudah siap," teriak Ibu dari dalam.

"Waahh, pas banget, ayo makan bareng," kata Bapak. sambil merangkul Adnan.

"Aduh jadi ngrepotin Pakdhe," kata Adnan tidak enak hati, datang-datang disuruh makan.

"Gapapa nak Adnan, sudah lama kan gak makan masakan Budhe? Bu Ibu, Adnan datang," teriak Bapak.

Bapak dan Adnan menghampiri Ibu di ruang makan, yang lagi menyiapkan makanan.

"Adnan siapa Pak?" tanya Ibu yang sibuk menyiapkan makanan.

"Assalamu'alaikum Budhe," kata Adnan.

"Wa'alaikumsalam," balas Ibu. Dia berbalik lalu Adnan mencium tangan Budhe.

"Adnan? Adnan putranya Somat kan? ya Allah, sudah besar kau nak, sejak kapan pulang?" kata Ibu.

"Sudah seminggu ini," kata Adnan.

"Udah lama di rumah, bentar Budhe panggilkan Anisa sama Dinda," kata Ibu. "Anisa! Dinda! sini nak! ada Adnan!" teriak Ibu.

"Bentar ya," pungkasnya.

Kemudian Dinda dan Anisa menuju ke ruang makan.

"Kak Adnan," panggil Dinda.

"Dinda," panggil Adnan balik.

"Gitu dong main ke rumah Dinda," kata Dinda senang.

Kemudian Ibu datang, "Ayo cepetan duduk, kita makan bareng."

Semua sudah berkumpul kecuali Bapak. Anisa menuangkan minuman ke gelas, Dinda menuangkan nasi ke piring-piring.

"Udah lama gak ketemu, dulu kamu masih kecil loh! udah berapa tahun ya gak ketemu?" kata Ibu mengambil lauk buat Adnan.

"Mungkin 10 tahunan Budhe," kata Adnan sambil berfikir.

"Bikin pangling Ibu, waktu kecil ingat gak?? main sama Anisa dan Dinda, yang pada waktu itu Dinda ditubruk angsa," kata Ibu mengingatkan kejadian buruk.

"Ingat Budhe," kata Adnan menahan tawa mengingat masa lalu.

"Ibu kok ngingetin lagi sih!" kata Dinda kesal.

Lihat selengkapnya