BENANG TAKDIR

Ira A. Margireta
Chapter #7

BAB 6

Rahma membeli beberapa makanan di warung Mak Sar. Keadaan di dalam yang tidak begitu ramai.

"Makasih ya Mak," kata Rahma mengambil makanan yang diberikan Mak Sar.

"Sama-sama," balas Mak Sar.

Rahma berjalan keluar. Kemudian Adnan dan Oman datang. Oman masuk duluan ke warung. Sedangkan Adnan sedang menjaga sepedanya di luar. Oman yang tidak sengaja bertemu dengan Rahma.

"Assalamu'alaikum," teriak Oman.

"Wa'alaikumsalam," balas Mak Sar dan Rahma bersamaan.

"Eh, Neng Rahma, sedang apa kemari?" tanya Oman.

"Ini, beli makanan, kamu?" kata Rahma balik.

"Aku sama Adnan mau beli makanan juga," kata Oman sambil menunjukkan ke arah Adnan. "Mak biasa," teriak Oman. Dia, berjalan menghampiri Mak Sar untuk pesan makanan. Lalu Oman melihat Rahma, berjalan senang menghampiri Adnan.

Adnan sedang melihat-lihat sekitar depannya. Rahma menghampiri Adnan yang sendirian.

"Assalamu'alaikum," ucap Rahma, Dia tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

"Wa'alaikumsalam," balas Adnan yang tidak melihat Rahma datang. "Eh Rahma, sedang apa kamu kesini?" tanya Adnan.

"Barusan beli makanan," kata Rahma menunjukkan yang dia beli.

"Sendirian?" tanya Adnan.

"Iya," jawab Rahma.

Melihat sekitar, "Jalan kaki?"

"Iya," jawab Rahma.

"Gak naik sepeda gitu? atau..." kata Adnan.

Tersenyum. "Tidak, aku kan gak bisa naik sepeda, aku trauma, kamu gak ingat?" tanya Rahma.

"O, iya kamu dulu aku ajari sepeda terus jatuh malah trauma mengendarai sepeda, kalau gak salah sampai masuk got kan?" kata Adnan yang kemudian menutupi tertawanya.

Tertawa kecil, "iya," kata Rahma.

Oman keluar dengan bungkusan plastik di tangan kanan dan kirinya.

"Ayo Nan! lho Rahma... kamu jalan kaki?" kata Oman.

"Anter dulu Rahma," kata Oman ke Adnan, Adnan kasihan terhadap Rahma.

"Gapapa kok, aku bisa pulang sendiri," kata Rahma, yang sebenarnya berharap diantar oleh Adnan.

"Apaan sih kok gitu! udahlah, kita kan teman, temen harus saling membantu... Ayo naik," kata Oman, Oman memaksa Rahma untuk naik. Rahma masih diam. "Lho kok diam aja sih," kata Oman.

"Gak usah Oman, aku bisa jalan sendiri, Assalamu'alaikum," kata Rahma sungkan. Rahma berjalan pergi.

"Wa'alakumsalam," balas Oman dan Adnan bebarengan. "Kok lo diam, kejar dong, kasihan sendiri," kata Oman sembari mengerutkan kedua alisnya.

"Kok aku?" kata Adnan.

"Iyalah kan yang bawa sepedanya kamu," kata Oman yang memperjelas keadaanya sekarang.

"Beneran lo jalan sendiri?" tanya Adnan yang tidak tega meninggalkan Oman sendirian.

"Ya elah man, gue laki bro! udah sana, cepat kejar," kata Oman memaksa Adnan.

"Iya iya," kata Adnan terpaksa. Adnan menyalakan sepeda motor dan menyusul Rahma yang sudah berjalan jauh. Sekitar kurang lebih 500 meter dari warung Mak Sar Rahma berjalan.

"Ayo naik," kata Adnan mengagetkan Rahma.

"Gak usah, aku gapapa kok," kata Rahma. Dia tetap memaksa diri untuk jalan kaki.

"Sudahlah ayo naik... masa aku sudah jauh kemari, kamu gak naik," kata Adnan

"Ya sudah," kata Rahma.

Adnan mengantar Rahma pulang.

***

Adnan dan Rahma sampai di depan rumah. Rahma turun dari sepeda motor. Yang pada saat itu ada dua orang perempuan yang melihat interaksi Adnan dan Rahma.

"Eh eh eh itu bukannya Rahma?" tanya Nita sambil menunjukk.

"Mana?" tanya Prista sambil bola matanya mencari dimana-mana.

"Itu, itu laki-laki siapa?" kata Nita, bola matanya mengamati Adnan.

"Bentar-bentar aku pakai kaca mata dulu," kata Prista yang kemudian memakai kaca mata. "Itu bukannya Adnan," kata prista.

"Adnan? Adnan siapa?" tanya Nita penasaran.

"Adnan anaknya Pak haji Somat," jelas Prista.

Adnan dan Rahma mengobrol sedikit.

"Makasih, sudah anterin sampai rumah," kata Rahma yang kemudian tersenyum.

"Sama-sama, ya sudah aku pamit dulu, Assalamu'alaikum," kata Adnan.

"Wa'alaikumsalam," balas Rahma yang melihat Adnan pergi dari depan rumahnya. Hari ini Rahma sangat senang sekali.

Lihat selengkapnya