BENANG TAKDIR

Ira A. Margireta
Chapter #6

BAB 5

Gedung IA terdapat banyak kerumunan orang-orang membawa papan besar bertuliskan Daniel dan juga bermacam-macam kotak hadiah. Kemudian mobil vans hitam berhenti di depan gedung. Seorang laki-laki turun dari mobil. Mereka langsung menyerbu laki-laki tersebut. Manager dengan sigap langsung memblokir mereka.

Laki-laki itu bernama Daniel, dia seorang aktor papan atas. Setelah selesai syuting film, dia mengunjungi gedung agensinya.

Tok! Tok! Tok!

Pintu terketuk. Kemudian Daniel masuk ke dalam. Seseorang yang ada didalam dia adalah seorang CEO. Awalnya dia memandangi pemandangan di jendela dengan wajah muram. Dengan kedatangan Daniel, dia menjadi sumringah.

"Hei Daniel, duduk duduk duduk," kata CEO. Daniel duduk, CEO duduk di hadapan Daniel.

"Bagaimana hari ini?" tanya CEO.

"Seperti biasanya," jawab Daniel.

"Oh ya, Pak Kamil menghubungiku, dia ingin sekali filmnya diperankan olehmu, bagaimana?" tanya CEO, dia berharap Daniel akan menyetujuinya.

"Sebenarnya, aku ingin memberitahumu... Kalau aku ingin istirahat," kata Daniel berharap dia dapat mengijinkannya untuk beristirahat sebentar.

"Begitu ya," kata CEO berekspresi sedih. "Tapi ini genre yang kamu suka lho! masa kamu gak pengen memerankannya?" kata CEO yang masih memaksa Daniel untuk memerankan karakter film yang di berikan.

"Aku sudah lama tidak beristirahat dari pekerjaanku yang padat ini," ujar Daniel, dia masih berharap jika CEO-nya memberi izin.

"Kalau begitu, ya sudah, aku tidak memaksa," kata CEO, yang pada akhirnya mengalah.

"Terimakasih, Pak CEO" kata Daniel.

"Istirahatlah, kalau ada apa-apa, telfon aku," kata CEO.

"Baik," jawab Daniel.

***

Sebuah mobil hitam bergerak lirih, kemudian berhenti. Daniel memeriksa google map di handphonenya, dia masih belum menemukan alamat villa nya. Karena sudah lama dia tidak berkunjung. Daniel membuka pintu mobil yang pada saat itu bebarengan dengan Anisa yang sedang berjalan membawa belanjaan berat. Pintu mobil Daniel menabrak Anisa. Anisa pun jatuh.

"Aduh!" ucap Anisa.

"Maaf maaf maaf, aku gak sengaja," kata Daniel yang terkejut. Daniel akan memegang tangan Anisa. Namun, dengan langsung Anisa menolak.

"Saya bisa sendiri!" kata Anisa dingin.

"Maaf saya tidak tahu," kata Daniel. Ia masih merasa bersalah.

"Tidak apa-apa," kata Anisa. Anisa mengambil belanjaannya dan berjalan pergi. Tapi, Daniel langsung memegang tangan anisa.

"Tunggu!" kata Daniel.

Tangan Anisa langsung mengelak. "Apa yang kau lakukan?! jangan menyentuh sembarangan!" bentak Anisa. Anisa paling tidak suka jika seseorang yang tiba-tiba memegang tangannya.

"Maaf maaf maaf, sekali lagi saya minta maaf, saya hanya ingin bertanya, apa kamu tahu alamat ini?" kata Daniel sembari memperlihatkan alamat yang ditulis.

"Tahu, ini jurusan alamat saya.... anda siapa?" kata Anisa, Anisa melihat dia seperti tidak pernah mengenalnya sama sekali.

"Saya... saya Daniel," kata Daniel yang ingin berjabat tangan, namun Anisa tidak membalasnya.

"Kamu balik arah... kamu lurus setelah itu ada pertigaan belok kiri, ada jalan kecil kamu masuk aja ....." jelas anisa. Tapi, Daniel malah menatap anisa dengan rasa senang. "....... Nanti kamu lurus aja, ada vila di sana," kata anisa. Anisa menyadari jika Daniel memandanginya.

"Kenapa?" tanya Anisa dingin.

"A a oh begitu, makasih infonya... kamu mau bareng sekalian?" kata Daniel.

"Gak usah terimakasih," balas Anisa dingin. Anisa lanjut berjalan, lalu Daniel buru-buru berhenti di hadapannya.

"Tolong, ini sebagai tanda terimakasihku... Saya mohon, jangan menolak," kata Daniel memohon.

Menghela nafas pendek "Baiklah," kata Anisa.

Daniel membawa langsung belanjaan Anisa, belanjaannya di masukkan ke dalam bagasi mobil. Daniel membuka pintu mobil bagian depan. Namun, Anisa tidak begitu nyaman. Dia menginginkan duduk di belakang.

"Saya ingin duduk di belakang," kata Anisa. Daniel merasa sedih. Tapi, dia tetap membuka pintu belakang. Anisa masuk ke dalam.

***

Di pagi hari, di dalam villa. Daniel berjalan sambil membawa kopi favoritnya menuju sofa. Daniel menonton televisi, yang ia tonton adalah kartun. Karena masa kecilnya dulu sudah dihabiskan untuk bekerja. Jadi, dia tidak bisa merasakan masa kecil dengan teman-temannya.

Handphone Daniel berdering.

"Hallo," ucap Daniel.

"Lo baik-baik aja kan? sudah 2 minggu gak ada kabar," kata Leo khawatir, teman smpnya.

"Memangnya kenapa? kangen sama aku?" kata Daniel menggoda Leo.

"Kangen sama lo? idiiih, ilfeel gue sama lo... ngapain lo sekarang?" kata Leo.

"Biasalah, lihat tv sambil ngopi," kata Daniel sembari mengambil kopi di atas meja.

"Ooo gitu, eh btw ada cewek cantik gak disana?" tanya leo penasaran.

"Banyak," kata Daniel, yang sebenarnya tidak tahu.

"Yang bener? kalau gitu gue kesana," kata leo semangat.

Lihat selengkapnya