Suara keras memenuhi ruang tengah, suaranya sangat fals. Sungguh gak enak untuk didengar.
"Astaghfirullahal'adzim!" ucap Anisa. Anisa melihat tingkah saudaranya yang sudah menjadi-jadi diatas sofa. "Dinda turun, Dinda!" perintah Anisa. Dinda tetap bernyanyi sambil berjoget. Mata Dinda mengajak Anisa ikut berjoget, namun sorot mata Dinda berubah dengan datangnya suara sepeda motor yang berhenti didepan rumah. Dinda bergegas mematikan musik dan tv yang berwarna hitam tersebut. Dinda bersiap-siap seperti mau kedatangan tamu.
"Assalamualaikum!" teriaknya, suara berat Pak Ahmad membuat rasa yang tadinya penasaran sekarang malah ingin mementung kepala Pak Ahmad.
"Waalaikumsalam. Pak Ahmad," balas Anisa.
"Pak Ahmad nih ngagetin Dinda," kata Dinda kesal.
"Memangnya Bapak ngagetin kenapa Neng? Oh ya, ini pesanan Ibu mau taruh mana?" kata Pak Ahmad sambil membawa kardus berisi minyak.
"Taruh situ Pak," kata Anisa menunjukkan tempat untuk meletakkan minyak di atas meja.
"Terimakasih Pak," kata Anisa dengan senyuman manisnya.
"Sama-sama Neng, Bapak pamit dulu ya, Assalamualaikum," kata Pak Ahmad.
"Waalaikumsalam," balas Dinda dan Anisa bareng.
"Yuk kita siap-siap," kata Anisa.
"Kemana?" tanya Dinda.
"Kan kita ada acara bansos, udah jam setengah delapan, ayo," ajak Anisa sambil melihat jam, Anisa memasang wajah terburu-buru.
"Enggak ah, aku dirumah aja," kata Dinda sambil berjalan meninggalkan ruang tengah.
"Ya udah. eh, dia kayaknya gak kesana, katanya sih dia ada acara kataman gitu didesa sebelah," kata Anisa menyakinkan sambil sibuk memakai kerudung.
"Oh ya? lo gak bohong kan?" kata Dinda serius tanya. Yang memperlihatkan kepalanya keluar dari pintu.
"Iya bener, cepet ganti," kata Anisa menuju kamarnya.
***
Remaja putra dan remaja putri sedang mengantar makanan pokok di rumah-rumah desa. Mereka sangat senang meskipun jalan yang mereka pijaki tidak semulus jalan besar.
Panas terik matahari membuat mereka kehausan dan capek. Istirahat di teras masjid membuat tenaga kembali pulih.
BROM BROM BROM
Suara kendaraan pickup memasuki halaman masjid. Asap kendaraan keluar dari knalpot mobil. Seorang laki-laki berbaju orange memakai celana training dan memakai sandal jepit swallow turun dari mobil. Dia membuka pintu belakang mobil dan mengambil satu kardus minuman. Dia berjalan ke teras masjid. "Sudah semuanya?" tanya Oman.
"Udah, udah semua," sahut laki-laki sebayanya.
KROK KROK KROK.
Semua orang menoleh ke arah sumber suara. Mata ditutupi dengan kain kerudung, mulut terbuka lebar, tangan sedakep. Membuat orang-orang disekitar menahan tawa melihat Dinda tertidur pulas.
"Ya ampun, itu Dinda yang ngorok. Perlu kuabadikan," kata Oman sambil mengambil handphone di saku.
CEKREK CEKREK CEKREK
Suara handphone kamera. Suara itu membuat Dinda tersentak bangun. Oman langsung menyembunyikan handphone ke dalam sakunya dan berperilaku seperti tak terjadi apa-apa.
"Nih makan," ujar Anisa, Anisa memberikan roti dan air. Mata Dinda masih kriyip kriyip.
"Panas banget. Cuma air? Gak ada es teh?" bola matanya mencari sekitar.
"Jangan cari yang gak ada," kata Anisa.
Dengan wajah yang pasrah + melas, Dinda minum air dan makan roti. Oman yang datang sambil membawa sebuah kardus diletakkan di lantai teras masjid.