BENANG TAKDIR

Ira A. Margireta
Chapter #10

BAB 9

Adnan masuk ke dalam kamar. Ia barusan mandi. Adnan menggosok-nggosok handuk di rambutnya yang basah. Kemudian handphone Adnan bergetar di atas meja. Adnan melihat dan itu pesan dari Oman.

Adnan tersenyum. Kemudian pesan masuk dari Anisa. Adnan langsung membuka pesan Anisa dan melupakan pesan Oman.

Anisa lama bales.

"Kok gak bales, apa aku telfon? enggak ah, dikira ngapain lagi," kata Adnan.

Adnan meletakkan handphonenya di atas meja, kemudian membuka lemari untuk memilih baju.

Kemudian handphone Adnan terdapat pesan masuk. Adnan langsung mengecek handphonenya.

Tanpa melihat siapa yang ngechat, Adnan langsung membalas pesan masuk.

Kemudian pesan dari Anisa masuk. Kemudian Adnan membuka pesan tersebut.

"Jam 9? perasaan tadi ngechat jam 9. Kayaknya chat Anisa sudah aku bales," gumam Adnan.

Adnan keluar dari chat Anisa lalu melihat chat Oman di bawah chatnya Anisa. Adnan membuka chat dari Oman dan ternyata dia pun terkejut jika yang dibalas tadi pesan Oman.

"Ya Allah, Astaghfirullah! Kok bisa salah kirim sih! Gimana nih? aku harus bilang apa? Kalau bohong Oman marah, kalau jujur... Haduh bodoh aku, kenapa gak dilihat dulu sih," kata Adnan.

***

Adnan keluar membawa kardus lalu ditaruh di depan bawah sepeda motor (sepeda bea*). Kemudian Anisa keluar dengan membawa kardus. Ibu juga ikut keluar, namun tidak membawa apa-apa. Adnan naik motor.

"Makasih lho nak Adnan, maaf Budhe repotin," kata Ibu.

"Gapapa kok Budhe. Ayo, kamu bisa naik gak?" kata Adnan mengkhawatirkan Anisa.

"Sini Ibu bantu, kamu naik dulu," kata Ibu mengambil kardus yang Anisa bawa.

Anisa naik sepeda motor. Kemudian Ibu memberikan kardusnya kepada Anisa.

"Hati-hati di jalan," kata Ibu.

"Iya Budhe," balas Adnan.

"Assalamu'alaikum," ucap Anisa.

"Wa'alaikumsalam," balas Ibu.

Ibu melihat kepergian Adnan dan Anisa sampai tidak terlihat. Kemudian Ibu masuk ke dalam.

***

Di villa, Daniel berpakaian rapi. Kemudian turun tangga, lalu melihat Pak Asep menyapu dalam rumah.

"Pak Asep aku tinggal dulu ya?" kata Daniel.

"Iya Mas, tapi nanti malam pulang kan Mas?" kata Pak Asep.

"Iya Pak, memangnya kenapa? Takut ya?" kata Daniel.

"Enggaklah Mas, Pak Asep terbiasa sendirian," balas Pak Asep

Daniel tersenyum melihat Pak Asep marah di ejek olehnya. Kemudian Mama masuk ke dalam rumah sembari membawa koper.

"Sayaaannggg," panggilnya.

Daniel dan Pak Asep sama-sama terkejut.

"Mama," ucap Daniel.

"Pak Asep tolong bawain koper saya," kata Mama.

"Siap Bu," balas Pak Asep. Pak Asep mengambil koper yang sengaja di taruh di gawang pintu.

"Mama gak bilang-bilang mau kesini," kata Daniel.

"Masa Mama harus bilang, kalau bilang bukan surprise dong namanya. Udah makan belum?" kata Mama sembari berjalan menghampiri Daniel.

"Udah," balas Daniel.

"Makan apa? Pasti makan mie," kata Mama.

"Enggak Ma, Daniel makan nasi," kata Daniel.

"Really? Awas kalau sampai bohong, coba Mama cek," kata Mama sembari berjalan ke dapur.

Mama membuka rice cooker. Saat dilihat nasi yang ada didalam rice cooker gosong.

"Puji Tuhan," Mama terkejut.

Daniel siap diomelin.

"Ini kenapa nasinya bisa gosong sayang?" tanya Mama emosi rendah.

Daniel diam. Kemudian Mama tak sengaja melihat teflon gosong di tempat cuci piring.

"Ini teflon kok bisa gosong juga, Daniel!" kata Mama emosi setengah.

"Itu, itu..." Daniel gak bisa menjelaskan sembari menggaruk leher.

Mama mencari tempat sampah.

"Ini telur gosong. Ya ampun Daniel, semua serba gosong. Kalau begini terus Mama akan nikahin kamu sama anak yang pinter masak!"

Lihat selengkapnya