BENANG TAKDIR

Ira A. Margireta
Chapter #15

BAB 14

Daniel, Oman dan Adnan sedang bermain di lapangan bersama anak-anak.

Bermain sepak bola tentunya. Oman dan Adnan yang lagi puasa tak kenal lelah menyenangkan anak-anak panti.

"Apa Kakak masih memberikan jarak dengan Daniel?" tanya Anisa.

Gilbert dan Anisa berada di taman. Hanya mengobrol berdua sembari melihat anak-anak bermain.

"Aku gak memberikan jarak Nis, aku cuma gak mau bicara dengan dia," kata Gilbert. "Seharusnya dia tidak datang mencari ku."

"Sebagai adik, dia juga memiliki perasaan rindu Kak, cobalah bicara sama dia, kasihan, dia jauh-jauh kesini juga ingin bertemu denganmu," kata Anisa.

*

Nita, Rahma dan Dinda sibuk mempersiapkan makanan di atas meja.

Kemudian Anisa datang menemui mereka. Pada saat itu Biarawati yang sekaligus pengasuh anak-anak datang menemui mereka.

"Terimakasih semuanya, maaf merepotkan kalian semua," kata Biarawati.

"Tidak kok, kami senang saling membantu dalam perbedaan agama," kata Dinda senang.

"Kalau begitu saya tinggal dulu," kata Biarawati.

"Tidak makan bersama?" tanya Anisa.

"Tidak perlu, kalian saja yang makan," kata Biarawati sembari meletakkan tangannya di bahu Anisa.

Biarawati itu pergi meninggalkan tempat.

"Kakak ganteng ikut makan gak?" tanya Dinda.

"Kakak ganteng, kasihan Oman kau duain," ledek Nita sembari menata makanan.

"Heleh, kau tuh kalau cemburu bilang aja, pake nyalahin orang," kata Dinda lalu pergi mengambil makanan lagi.

"Udah udah, kalian ini masih aja gak mau akur." Kata Anisa.

"Akur? Dia duluan yang bikin gue jengkel," kata Dinda kesal.

"Tapi kan gue bener, kalau Oman itu suka sama kamu, ya kan Anisa," kata Nita.

"Suka suka, bilang aja kamu cemburu," kata Dinda lalu berjalan pergi ke dapur.

"Cemburu apaan. Oh ya Nis... Btw gue penasaran sama perasaan lo," kata Nita.

"Apa?" tanya Anisa balik yang duduk di kursi.

"Sebenarnya lo tuh suka sama Adnan apa si Daniel itu sih?" tanya Nita.

"Kok kamu omong kayak gitu?" tanya Anisa yang tidak suka Nita ikut campur masalahnya.

Rahma mendengar perkataan Nita sembari mengiris buah semangka.

"Gini ya Nis bukannya gue ikut campur, tapi gue kasihan lihat Adnan yang udah lama suka sama lo, terus ketambahan Daniel yang anak kemarin sore suka sama lo, tapi beda agama sama lo... Harusnya lo yang lebih tegas sama perasaan lo, jangan mainin anak orang, bahaya tau," kata Nita lalu berjalan pergi meninggalkan Anisa.

*

Maghrib pun tiba, semua anak-anak dan yang lainnya sudah selesai makan. Anisa menuju dapur membawa piring-piring kotor.

Kemudian Daniel menyusul Anisa dengan membawa piring-piring kotor.

"Biar aku aja Nis, yang cuci piring," kata Daniel meringankan beban Anisa.

"Gak usah biar aku aja," kata Anisa.

"Ya udah kalau gitu kamu yang cuci piring, aku yang bilas piringnya, gimana?" kata Daniel.

"Boleh," kata Anisa sembari tersenyum.

Tanpa disengaja Adnan melihat interaksi antara Anisa dan Daniel. Obrolan mereka penuh kebahagiaan, yang membuat Adnan cemburu.

Sementara Rahma, Dinda, Oman dan Nita berada di luar ruangan.

Adnan memantapkan hatinya untuk merusak obrolan mereka.

"Hei Daniel, dipanggil Dinda tuh," kata Adnan dengan ekspresi serius.

"Aku? Kenapa cariin aku?" kata Daniel bingung.

"Ya gak tahu," kata Adnan.

"Aku tinggal, gapapa kan?" kata Daniel yang tidak tega melihat Anisa mengerjakan membersihkan piring-piring kotor sendiri.

"Gapapa, tinggal sedikit, kamu pergi aja," kata Anisa.

"Ya udah kalau gitu," kata Daniel.

Daniel pergi melewati Adnan yang melihatnya pergi.

Sesampai di luar, tidak ada seorang pun yang berkeliaran.

"Lho, kemana orang-orang?" kata Daniel heran. "Gue dibohingin, tck!"

Daniel kesal kepada Adnan yang telah berbohong kepadanya.

"Gue perhatiin lo suka sama Anisa," kata Gilbert yang muncul di belakang Daniel. "Jangan suka, kalau lo gak mau kejadian kayak gue."

Daniel balik badan, lalu menatap mata Gilbert. "Gue gak akan seperti Kakak."

"Kita lihat saja nanti."

***

Lihat selengkapnya