Benci tapi Cinta

Yulida
Chapter #2

00. Awal

“Akhirnya kumampu bertemu dirimu lagi. Walaupun... dengan pandangan yang berbeda.”

_____

Pukul 06.50 pagi, Clara belum juga tiba di sekolahnya. Dengan berdiri mondar-mandir dia masih menunggu di halte, menunggu ojek online pesanannya belum juga tiba. Dia bahkan melirik arlojinya beberapa kali karena panik.

“Duh! Udah jam segini, ojek online-nya belum juga datang, aku bisa telat kalau kayak gini,” ucapnya sembari menggigit bibir bawahnya takut. “Kalau tahu kayak gini aku ikut Papa aja tadi.”

Di saat sedang melihat ke kanan dan ke kiri di dekat halte, Clara tidak sadar kalau ada seseorang dari kejauhan berjaket hitam nan tebal melaju di belakangnya.

“AWAS!!!”

Clara menoleh ke belakang saat mendengar teriakan dan melototkan matanya saat mengetahui kalau ada seseorang yang melaju dengan kencang mengarah kepadanya. Clara berteriak dan hanya bisa menutup mata dengan kedua tangan, seolah pasrah saja dengan yang akan terjadi nanti.

Mungkin ini akhirnya, lirihnya pasrah berkata di dalam hati.

Bruk!

“Hampir saja! Kamu nggak pa-pa?” tanya seorang lelaki kepadanya.

Clara membuka matanya perlahan dan mengaduh sakit, siku tangan kanan dan kedua lututnya lecet dan ada sedikit darah yang keluar. Lelaki itu panik dan langsung duduk di hadapan Clara untuk meminta maaf.

“Maaf. Aku terpaksa mendorongmu ke samping kanan untuk mehindari pengendara tadi. Aku akan bantu membersihkan lukanya atau mau aku bawa ke rumah sakit terdekat?” Terlihat dari raut wajah lelaki itu dia begitu panik dan mengkhawatirkan Clara.

“Eh?! Nggak usah, aku nggak kenapa-kenapa kok, cuma dikit aja lukanya. Lagian aku juga mau berangkat ke sekolah, hehe.”

Lelaki itu mengangguk ragu. “Mau coba berdiri?”

“Iya,” jawab Clara, namun.... “Aduh!” Dia kembali terjatuh ke tanah sembari memegangi lututnya yang terasa nyeri.

“Hati-hati!” seru lelaki itu, kemudian menghela napas. “Jangan terlalu dipaksakan, sini biar diobatin dulu.” Berniat untuk membantu, lelaki itu dengan cepat mengambil air mineral, obat merah dari dalam tasnya beserta sapu tangan.

“Ta—tapi, aku....”

Tiit... Tiit... Tiit....

Suara klakson motor membuat ucapan Clara terhenti.

Astaghfirullah! Iku lutut’e kenek opo, Mbak?” tanya Bapak ojek online yang sudah ditunggu Clara sedari tadi.

Lihat selengkapnya