"Kuk,kukuruyuk, kukuruyuk!" suara ayam berkokok berkali-kali di pagi hari seolah menjadi alarm warga dusun. Bento dibangunkan oleh ayahnya. Jarak sekolah yang jauh dan ditempuh dengan jalan kaki membuat Bento harus selalu bangun lebih awal. Minimal bangun paling lambat jam 5 pagi. Makanya Bento sering dibantu ayah atau ibunya untuk membangunkannya. Bento akhirnya membuka mata, menguap lalu meregang.Ia mendapati ayahnya sedari tadi membangunkannya. Melihat Bento sudah bisa bangun, ayahnya pun beranjak pergi untuk melanjutkan tidurnya disamping adiknya Bento. Sementara ibunya juga terbangun dan menuju dapur untuk mengerjakan sesuatu. Bento berusaha bangkit walaupun matanya masih dirasakan begitu ngantuk. Ia jongkok dan mendongak ke kolong dipan untuk mengambil sandal jepitnya. Ia pun mengambil lampu teplok untuk di bawa ke luar rumah sebagai penerangan. Ia melangkah gontai membuka pintu rumah yang usang dan berderit kencang saat digeser. Bento menuju kamar mandi di belakang rumah. Hari masih gelap apalagi di kamar mandi tidak ada penerangan makanya ia membawa lampu teplok dari dalam kamar.
Bento menggeser pintu kamar mandi. Tak ada jamban di sana. Kalau mau buang air besar kadang harus lari ke ladang itu pun kalau musim kemarau dan ladang sudah tidak ditanami apa-apa. Kalau masih ditanami ya lari ke sungai terdekat. Sungai yang ada adalah sungai episodik maupun sungai ephermeral. Sungai yang ada airnya ketika turun hujan itupun kalau hujannya deras. Kalau tidak ada hujan tidak ada tanda-tanda air yang mengalir apalagi saat musim kemarau pastinya sungai kering kerontang. Bento menaruh lampu teplok pada dinding kamar mandi yang dari gedek, sudah ada pengait untuk penempatan lampu teplok. Kamar mandi sempit yang tidak beratap, di atasnya ada bentangan bambu. Pada bentangan bambu, di tengah-tengah ada pengait dari besi membentuk huruf S dan di pengait itu tergantung sebuah ember. Pada dasar ember dilobangi di tengah-tengah sebesar telunjuk orang dewasa. Lobang ember disumbat dengan serabut kelapa. Ember itulah diisi air untuk mandi. Sumbatan serabut kelapa itu berguna mengatur debit air keluar dari ember layaknya sebuah keran dan itu tombol tradisional.
Bento memeriksa terlebih dahulu tempat sabun. Hanya ada sekeping sabun yang telah menipis. Ia tak menemukan pasta gigi. Hanya ada sikat gigi. Ia pun berpikir sejenak dan memutuskan bergegas kembali ke dalam rumah. Ia mencari sesuatu di kolong dipan dengan cahaya samar-samar lampu teplok dari arah dapur. Ia menemukannya, patahan batu bata merah. Ia menuju arah dapur. Ibunya tampak sibuk depan tungku, memasukan kayu bakar pada mulut tungku dan berusaha menyalakan api agar lebih besar lagi dengan meniup-niup semprong bambu dan terhubung pada mulut tungku. Ibunya sedang memasak sesuatu. Bento mengambil tampah kecil dan alat parutan bekas yang sebagian telah rusak. Bento jongkok dan mulai memarut patahan batu bata merah dialasi tampah. Parutan batu bata yang keluar berupa butiran-butiran yang menepung. Ibunya sesekali menoleh apa yang dikerjakan oleh Bento. Setelah dirasa cukup mendapat tepung dari batu bata merah, Bento menyudahi memarut. Ia pun mencari-cari sesuatu lagi di balai bambu dapur. Ia belum menemukan sesuatu yang dicari. Ibunya pun terheran-heran.
"Cari apaan sih, Nak?" tanya ibunya terbengong keheranan.
" Garam,Bu. Ada ngga?" jawab Bento sambil masih usaha mencarinya.
Ibunya pun membantu mencarikan pada sebuah tampah besar. Tampah itu sebagai tempat menyimpan bumbu dapur oleh ibunya. Di tampah itu ada toples mini, ternyata disana ibunya menyimpan garam. Ibunya menyomot garam dalam toples mini itu lalu diberikan pada Bento. Bento pun menerimanya lalu melanjutkan mengambil gelas bekas kemasan air mineral. Dituangkan tepung dari parutan batu bata merah dan garam pada gelas bekas kemasan air mineral kemudian diaduknya dan ditambahkan air secukupnya biar adonannya agak mengental maupun sedikit basah.
"Kau lagi buat odol?" tanya ibunya sambil sibuk sendiri dekat tungku sedang memasak.
"Iya, Bu." sahut Bento yang tengah mengaduk campuran tepung bata merah dan garam dengan air secukupnya. Setelah dirasa cukup kental ,Bento pun menyudahinya.
Bento pun kembali ke kamar mandi membawa pasta gigi buatannya dan ditaruh pada tempat sabun. Bento mengambil ember pada bentangan bambu seraya menuju samping rumah untuk mengambil air pada drum besar dan mengisi air ember dari kamar mandi sampai penuh. Ia kembali lagi ke kamar mandi, digantungnya ember pada pengait berbentuk huruf S di bentangan bambu. Bento mulai membuka baju, lalu diputarnya sumbatan ember dari serabut kelapa seperlunya selayaknya putar keran air. Ia mulai berkumur dan mengambil sikat gigi untuk gosok gigi terlebih dahulu. Selama gosok gigi diputar kembali sumbatan pada dasar ember biar air tidak terus mengalir.