Bendera Setengah Tiang

I Gede Luwih
Chapter #7

7.Insiden Upacara Bendera

Bento dan Sebastian berjalan kaki di sebuah jalan setapak yang berdebu. Tasnya Sebastian juga dari kantong kresek besar hanya tidak diikat tali rafia tapi diikat dengan sobekan beberapa kantong plastik dan disambung sebagai tali pegangan kantong kresek. Ada anak-anak lain pula. Mereka berangkat menuju sekolah dengan jalan yang penuh liku-liku. Kadang jalan berdebu,berbelok-belok, terjal, naik turun dan kadang ada bebatuan. Sepatu-sepatu mereka pun sudah dipastikan penuh dengan kotoran debu. Bento berjalan begitu gontai dengan wajah cemberut. Sebastian yang berjalan di depannya sesekali menoleh sohibnya itu ke belakang.

"Muka kau kusut sekali,ayo dong semangat! Perjalanan masih jauh ni." celoteh Sebastian.

"Aku gak punya cadangan kalori untuk semangat" sahut Bento ngasal.

"Kalori?" balas Sebastian memelan seolah tak mengerti.

"Tenaga! Blo'on" pekik Bento semakin melengos.

"Hmmm, Ibu guru selalu bilang, kita harus tetep dan selalu semangat walau lagi susah maupun kena musibah" papar Sebastian seakan membujuk.

"Walaupun musibah kita bertubi-tubi dan susah setiap hari?" Bento seolah menyeringai.

"Ya mungkin besok-besok_" Sebastian mencoba menjawab dan menjelaslan tapi terburu terpotong perkataannya oleh Bento.

"Besok trus besok terus, kalau ga besok-besok bisa lusa, kalo ga lusa, lusanya lagi dan kapan? Bisa jadi kapan-kapan bahkan ga akan lepas dari kesusahan" Bento begitu memberondong Sebastian dengan kata-kata. Sebastian memilih diam seribu bahasa.

Sikap maupun rasa kesal atau lelah bagi Bento mungkin adalah hal yang wajar. Setiap hari ia harus menjalani aktifitas berjalan kaki menempuk jarak 5 Km untuk mencapai sekolahnya itupun sudah mengambil jalan pintas. Kalau menggunakan sepeda gayung atau sepeda motor bisa lebih jauh lagi karena harus memutar haluan, bisa mencapai 10 Km. Kalau melewati jalan setapak yang biasa dilewati Bento melewati tebing-tebing dan sungai episodik. Akan tetapi, kalau diantar menggunakan sepeda motor tentunya bisa lebih cepat walaupun ada jalanan yang rusak dan tidak beraspal. Tapi, setidaknya tidak melelahkan karena berjalan kaki.

Dulu keadaan sekolah serba minim. Sebelum Bento masuk sekolah.Baik prasarana maupun sarana sekolah. Juga tenaga pendidiknya sangat kurang. Anak-anak yang mau sekolah juga sedikit. Sebelumnya bangunan sekolah hanya 3 ruangan dan 1 ruang guru juga belum ada toilet sekolah. 1 ruangan dibagi menjadi 2 kelas. Kelas 1 dengan kelas 2. Kelas 3 dan kelas 4 maupun kelas 5 dengan kelas 6. Diberi sekat triplek atau papan-papan bekas maupun bilik bambu. Gurunya juga hanya berjumlah 3 orang saja. Murid-murid juga jarang yang memakai sepatu, hanya memakai sandal jepit bahkan tidak memakai alas kaki.

Namun, sekarang mulai banyak perubahan. Berkat ada dana bantuan operasional sekolah atau BOS. Kepala sekolah memaksimalkan itu dan juga banyak mencari donatur. Dengan aliran dana BOS itu murid-murid menjadi diharuskan punya seragam lengkap. Dari sepatu,baju, celana, dasi dan topi. Bangunan sekolah sudah ada 6 kelas dan 1 ruang guru. Murid kelas 1 sampai kelas 6 mencapai 100 orang. Kalau dulu di bawah itu pastinya. Walaupun sekarang kondisi bangunan sudah terlihat lusuh. Atap dari asbes sudah banyak yang bocor. Ada pula rangka atap hampir ambruk karena dimakan rayap. Plafon-plafon banyak yang jebol. Lantai yang hanya disemen sudah banyak mengelupas. Jendela-jendela banyak yang kacanya pecah dan kusennya tampak usang dan dimakan rayap. Dinding-dinding ada yang retak, catnya memudar dan terkelupas. Sudah lama tidak direnovasi. Kepala sekolah sudah mengajukan proposal untuk segera direhabilitasi. Ada pula jeding untuk menampung air di sekitar sekolah. Ada toilet siswa dan guru. Namun, karena keterbatasan air, bila musim kemarau dan persediaan air hujan dalam jeding habis. Murid kelas 4 sampai kelas 6 melakukan iuran 1 botol besar air untuk mengisi bak penampung air di toilet. Ada juga 2 buah kantin di belakang sekolah.

Sekarang sudah ada 6 guru termasuk kepala sekolah sebagai tenaga pendidik dan 1 pegawai tata usaha di sekolah. 3 guru sudah sah menjadi PNS yaitu bapak kepala sekolah dan wakil kepala sekolah,dan seorang ibu guru paruh baya bernama ibu Aida Anita. Ada seorang ibu guru muda dan masih lajang bernama Tami Indira sebagai guru honorer sudah mengabdi sejak tahun 2014. Sedangkan 2 lagi guru yang juga masih muda merupakan guru bantu yang ikut program SM3T atau sarjana mendidik di daerah terdepan, terluar dan tertinggal. Mereka adalah bapak Indra Tama masih bujang juga dan cukup ganteng dan Ibu Elena Eliana masih lajang pula, penampilannya sangat modis serta menyukai perawatan diri hingga tampak anggun nan cantik. Beberapa kali memang ada guru program SM3T yang mengajar di sekolah ini. Berganti-ganti setiap tahunnya. Sementara petugas tata usaha, seorang bapak paruh baya dan sudah berkeluarga.

Hari ini hari senin. Murid-murid dan para guru diwajibkan mengikuti upacara. Murid-murid tampak semua berseragam lengkap termasuk Bento dan Sebastian. Guru yang PNS memakai pakaian dinas harian warna khaki. Sedangkan yang non PNS memakai kemeja putih dan celana panjang hitam, kalau yang perempuan memakai rok dengan ketentuan sampai menutupi di bawah lutut minimal 15 Cm. Mereka semua sudah berkumpul di lapangan dari pejabat, petugas, dan peserta upacara. Pejabat upacara yang meliputi pembina upacara kadang diisi oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah, kalau pemimpin upacara, pengatur upacara, dan pemandu upacara ditunjuk murid dari kelas 4 sampai kelas 6. Begitu juga petugas upacara dari pembawa naskah pancasila, pembaca teks pembukaan UUD 1945, pembaca doa, dirigen atau pemimpin lagu, kelompok pengibar bendera, dan kelompok paduan suara juga ditunjuk dari kelas 4 sampai kelas 6. Mereka ditunjuk dan dilatih setiap hari sabtu oleh bapak wakil kepala sekolah dan ibu Aida. Mereka berdua yang melatih petugas upacara maupun pejabat upacara kecuali pembina upacaranya.

Tampak pengatur upacara seorang murid laki-laki dari murid kelas membagikan naskah susunan upacara pada pemandu upacara, naskah pancasila, teks pembukaan UUD 1945, dan bacaan doa kepada petugas yang telah ditunjuk. Juga memberikan bendera kepada pembawa bendera dalam kelompok pengibar bendera. Tampak Tiara sebagai pembawa bendera. Mereka bersiap membentuk barisan membentuk huruf U pada tiang bendera. Tiang bendera tampak lusuh, besinya sudah berkarat, begitu juga talinya tampak kumal. Petugas upacara berbaris bersaf kecuali kelompok paduan suara berbaris berbanjar dengan jarak tertentu pada kanan tiang bendera. Pejabat upacara dan guru lainnya berbaris bersaf dengan jarak tertentu pada kiri tiang bendera. Sedangkan peserta upacara dari kelas 1 sampai kelas 6 berjajar dan berbaris berbanjar menghadap ke depan tiang bendera. Ketua kelas masing-masing atau pemimpin pasukan mengatur barisan dengan aba-aba peringatan. Merapikan barisan yang paling pendek di posisi depan dan paling tinggi di belakang. Dari melakukan lencang kanan dan lencang depan biar sejajar dari pasukan paling kiri sampai pasukan paling kanan.

Di barisan kelas 3 yang berjumlah 17 orang dengan 11 laki-laki dan 6 perempuan, membentuk 3 baris berbanjar dengan 2 barisan banjar laki-laki dan 1 barisan banjar perempuan. Tampak Bento dan Sebastian posisi paling depan di barisan laki-laki. Pemimpin pasukannya adalah Sarim sekaligus ketua kelas mereka. Sarim memang tubuhnya paling atletis dari murid kelas 3 tapi juga paling bandel dalam hal suka mengeluh dan protes pada guru di kelas. Makanya dia ditunjuk sebagai ketua kelas dan sempat menolak tapi itu keharusan dan wajib dilaksanakan amanah itu. Selain memimpin barisan kelas 3, dia juga ikut membantu ketua kelas 1 dan 2 merapikan barisannya walaupun guru juga sering membantunya. Biasanya Sarim juga harus mewakili kelas 1 dan 2 saat melapor pada pemimpin upacara. Ya harap dimaklumi peraturan baris berbaris kelas 1 dan 2 pastinya masih sangat kurang. Jangankan kelas 1 dan 2, murid lain juga belum semua paham dan mengambil sikap benar dalam dasar-dasar peraturan baris-berbaris. Terkadang ada kejahilan dari anggota barisan saat melakukan lencang kanan atau kiri maupun lencang depan. Seakan meninju seolah tanpa sengaja yang di sebelahnya maupun yang di depannya sehingga memancing keributan atau kericuhan. Makanya kadang kepala sekolah maupun guru lainnya mengadakan peraturan baris berbaris kepada seluruh murid di hari tertentu setiap seminggu sekali.

Pemandu upacara, seorang murid perempuan dari kelas 5, tengah bersiap membacakan susunan upacara pengibaran bendera. Ia mulai menghidupkan megafon.

"Upacara pengibaran bendera merah putih, hari senin, 29 Juli 2019, akan segera dimulai" bacanya nyaring menggunakan megafon dengan semangat dan lembut.

"Masing-masing pemimpin barisan menyiapkan barisannya" sambungnya lagi.

Ketua kelas atau pemimpin barisan masing-masing termasuk Sarim yang berada pada posisi paling kanan di setiap barisan yang dipimpinnya, mereka berusaha melangkah dengan tegak dan tegap menuju depan barisan dan menghadap pada barisan bersikap tegak dan tegap.

"SIAAAP!GERAK!" aba-aba masing-masing pemimpin barisan dengan suara lantang dan berwibawa. Semua anggota barisan pun berusaha mengambil sikap sempurna dengan berusaha badan atau tubuh berdiri tegap, mata memandang tajam ke depan, melakukan pernafasan sewajarnya, mulut ditutup, gigi usahakan dirapatkan, dagu agak ditarik, leher harus lurus, pundak agak ditarik ke belakang, dada dibusungkan, perut agak ditarik sedikit, lengan merapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari-jari tangan mengepal agak merapat ke paha dengan posisi ibu jari rapat pada jari telunjuk dan tapi menghadap ke depan, paha dirapatkan ataupun saling menyentuh, lutut kaki lurus, kedua tumit rapat dan saling menyentuh, dan kedua telapak kaki agak terbuka sekiranya membentuk sudut 60 derajat.

"LENCANG DEPAN!GERAK" sambung aba-aba peringatan dari masing-masing pemimpin barisan dengan tegas dan semangat.

Anggota penjuru barisan paling kanan tetap bersikap sempurna sedangkan anggota barisan nomor 2 sampai ke belakang , mengangkat tangan kanan lurus ke depan sejajar bahu teman di depannya dengan posisi jari-jari mengepal dan ada jarak sekitar 1 kepalan tangan dari bahu anggota depannya. Sedangkan anggota saf barisan paling depan melakukan sikap lencang kanan dengan merentangkan tangan kanan sejajar dengan bahu teman di sebelahnya atau sebelah kanannya dan menoleh ke kanan sehingga sudah dianggap lurus, mereka pun kembali ke sikap sempurna. Anggota barisan lainnya berusaha meluruskan barisannya.

"SIAP!GERAK!" aba-aba pelaksanaan masing-masing pemimpin barisan setelah melihat barisan yang dipimpinnya telah lurus dan rapi. Anggota barisan yang melaksanakan lencang depan pun serentak menurunkan tangan kanannya dan sesegera mungkin melakukan sikap sempurna. Pemimpin barisan kembali ke posisi semula

"Pemimpin upacara memasuki lapangan upacara" lanjut pembawa acara membacakan dengan lembut dan sangat jelas.

Tampak pemimpin upcara ,seorang murid laki-laki dari kelas 6 berpakaian cukup bersih, perawakannya atletis dan lumayan ganteng. Melangkah tegap, tegak dan berwibawa melangkah memasuki lapangan upacara menuju tengah-tengah lapangan tepat mengarah pada tiang bendera, ia pun menghadap mengarah peserta upacara dengan sikap sempurna.

"Penghormatan kepada pemimpin upacara, dipimpin oleh pemimpin barisan paling kanan" sambung pemandu upacara setelah melihat pemimpin upacara telah berada di tengah-tengah lapangan dan bersikap sempurna mengarah pada peserta upacara.

"Kepada! Pemimpin upacara! HORMAAAT!Gerak!" aba-aba petunjuk dan pelaksanaan pemimpin pasukan paling kanan dari arah kelas 6 dengan keras,tegas, jelas dan suara lantang.

Serentak peserta upacara melaksanakan sikap hormat walaupun banyak amburadul terutama dari kelas 1 dan kelas 2. Murid-murid lain juga ada. Akan tetapi, ada juga yang melakukannya dengan benar. Mata memandang ke arah orang yang dihormati, tangan kanan diangkat kira-kira membentuk sudut 90 derajat dan ditekuk perkiraan 45 derajat, jari jemari tangan kanan dirapatkan dan agak ditekan secara bersamaan dengan jari telunjuk sejajar pelipis mata kanan dan telapak tangan kanan menghadap ke bawah.

Pemimpin upacara membalas sikap penghormatan peserta upacara dan secepat kilat menoleh-noleh kelompok barisan kemudian menegakan sikap hormatnya dan segera mengambil sikap sempurna.

"TEGAAAK!GERAK" aba-aba peringatan pemimpin barisan paling kanan setelah pemimpin upacara menegakan sikap hormatnya.

Lihat selengkapnya