Bendera Setengah Tiang

I Gede Luwih
Chapter #12

12. Berburu

Bento yang masih bertelanjang dada tampak berada di kamarnya. Ia mencari baju yang tertumpuk dan tersimpan dalam kardus dekat meja. Ia temukan baju yang dicarinya seraya langsung memakainya. Diperhatikan baju yang telah dipakai tampak lecek dan kucel. Ah, tak perlu dipikirkan lagi sudah biasa dia memakai baju maupun celana seperti itu. Entah kerisut atau kusut, entah renyuk atau kisut, entah berkerut atau lisut sudah biasa. Ia menjongkok dan menilik kolong dipan. Mencari-cari sesuatu lagi dan ditemukannya sebuah benda berbentuk huruf Y yang sisi kanan dan kirinya dihubungkan dengan tali karet dari ban dalam bekas sepeda dan pada tengah-tengah tali karet ada ikatan bantalan dari ikat pinggang kain bekas untuk menaruh batu kecil. Walaupun benda itu agak lusuh tapi masih bisa digunakan. Ia pun mengintip ke luar rumah dari bilik bambu, dilihatnya sepi tak ada siapa-siapa. Ia memakai sandalnya yang pernah putus dan diikat dengan tali rafia. Ia pun melangkah mengendap-endap melewati kamar dimana ibu dan adiknya masih tertidur pulas di atas dipan. Takut ibunya terbangun. Ia menggeser pintu secara perlahan sembari melangkah ke luar rumah dengan langkah tanpa suara.

Sebastian seperti biasa rebahan pada gubuk reot tengah ladang. Sesekali menggamit buah kersen yang matang pada saku celana pendeknya yang kumal, lumayan penuh isinya. Kali ini ia menggamitnya satu persatu tidak langsung hap sekali lahap. Mungkin dia tidak terlalu lapar hari ini maupun biar cukup untuk cemilan dalam waktu yang cukup lama. Ingus yang sekali keluar dari lubang hidungnya dilap dengan pinggiran bajunya. Di gubuk reot itu, memang dia selalu menunggu kedatangan Bento kalau mau pergi bermain maupun mencari sesuatu. Sebenarnya lebih bagus menunggu pada saung dusun yang dipakai berembug warga tapi jaraknya terlalu jauh baginya. Dan di gubuk itu tempatnya strategis tidak jauh buat dirinya maupun tidak jauh buat Bento. Ia juga membawa sekantong plastik batu kerakal yang susah payah dia cari dan kumpulkan.

"Ian, ayo" suara dan ajak Bento yang mengagetkan Sebastian.

Tiba-tiba Bento sudah berada di sampingnya. Sebastian pun agak terkesiap dan hampir tersedak oleh buah kersen. Ia pun mendadak bangkit dari rebahan dengan terbatuk dan matanya agak berair. Bento pun hanya nyengir.

"Batu kerakalnya udah?" tanya Bento menyelidik.

Sebastian hanya manggut-manggut sambil sesekali masih terbatuk.

"Ya udah kita berangkat sekarang" ajak Bento dan mulai melangkah meninggalkan gubuk reot.

Sebastian hanya mengangguk-angguk lagi sambil mengintili langkah Bento dan tidak lupa membawa sekantong plastik batu kerakal. Mereka lalu menyusuri ladang.Sebastian pun nyeker. Mereka menyelidik ke pohon-pohon yang tumbuh di ladang. Entah pohon mimba maupun pohon trembesi. Mereka kali ini melakukan perburuan. Bukan berburu hewan yang dilindungi oleh negara karena langka maupun mengalami kepunahan. Juga bukan hewan suaka margasatwa. Bukan berburu hewan langka terus dijual maupun bukan berwisata untuk berburu.

Lihat selengkapnya