Ibu Tami tampak membolak-balik halaman buku pelajaran di meja depan kelas ruang kelas 3. Murid-murid kelas 3 duduk di bangku masing-masing. Mereka menunggu bel tanda pulang sekolah berbunyi beberapa menit lagi. Beberapa anak sudah ada yang membereskan buku-buku tulis dan pelajaran. Sarim terutama seolah tak sabar menunggu bel berbunyi. Dirasakan bel berbunyi begitu lama apalagi kalau perut sudah keroncongan pastinya berdoa biar bel sekolah segera berbunyi. Bangku duduk Sarim sejajar dengan Sebastian dan Bento tapi berjarak oleh jalan untuk lalu lalang murid dan guru. Bento malah terlihat termangu. Sementara Sebastian asyik melihat gambar-gambar pada buku pelajaran. Murid perempuan pada sibuk mencatat, ada juga yang membaca dalam hati.
"Nah, anak-anak sebagai PR kalian, kalian kerjakan soal matematika halaman 33 soal nomor 1 sampai 10 ya" perintah Ibu Tami.
"Ya PR lagi PR lagi, mana banyak banget lagi, nggak bisa dikurangi ,Bu?" Sarim malah berseloroh disaat beberapa murid tampak sibuk membuka buku pelajaran matematika untuk melihat-lihat soalnya.
"Sarim..." suara Ibu Tami agak mengeras menegur Sarim dan agak memandang tajam.
"Kamu kerjakan saja, tidak ada negosiasi lagi" sambung Ibu Tami.
"Iya deh,Bu. Maaf!" Sarim mengiyakan sambil nyengir masam.
"Baik, sebelum ibu akhiri pelajaran kita hari ini. Apa ada pertanyaan dari kalian?" ucap Ibu Tami membuka sesi pertanyaan dari muridnya.
Beberapa murid terdiam. Tak satu pun ada yang menyahut. Bento yang tadinya termangu mengangkat tangan ingin menanyakan sesuatu.
"Ya Bento?" Ibu Tami melirik Bento yang mengacungkan tangan dan mempersilahkan untuk bertanya.
"Bu, kalo kita mencuci uang, kita bakalan dihukum ya"
"Memangnya uangnya kotor,Nto. Sampe harus dicuci segala" sergah Sarim agak mengeras.
Beberapa murid tertawa cekikikan . Bento dan Sebastian tidak tertawa sama sekali. Sebastian malah menggunakan bahasa tubuh non verbal biar Bento tidak ditertawakan.
"Ssuuut" Ibu Tami memberi isyarat dengan menaruh jari telunjuk pada bibirnya agar muridnya lebih tenang. Murid yang tertawa cekikikan dan kisi-kisi pun lebih hening.
"Maksud kamu apa Bento?" Ibu Tami seolah menyuruh Bento untuk lebih detail akan pertanyaannya karena Ibu Tami belum paham.
"Kemarin saya lihat di tivi, ada berita seorang pejabat melakukan pencucian uang terus dia ditangkap" jelas Bento lebih detail akan pertanyaannya tadi.
"O itu" Ibu Tami manggut-manggut mulai paham dan menarik nafas sejenak.
Beberapa murid tak sabar menunggu penjelasan dari Ibu Tami terutama Bento dan Sebastian.
"Begini ya, pencucian uang yang dimaksud adalah suatu upaya perbuatan menyembunyikan atau menyamarkan asal muasal uang dari hasil transaksi seolah-olah dari hasil kebaikan yang sah" papar Ibu Tami nyaring dan tegas.
Beberapa murid manggut-manggut ada pula yang mencatat pengertiannya.
"Jadi bukan uangnya yang dicuci pakai sabun" lanjut seloroh Ibu Tami.
"Iya, Bu. kan kasian uangnya kalo dicuci bukannya jadi bersih malah akan rusak" gurau Sarim.
Beberapa murid ada yang tertawa cekikikan. Ada pula yang hanya diam dan sibuk mencatat dan mendengar penjelasan Ibu Tami.
"Contohnya apa,Bu? Orang yang melakukan pencucian uang" ujar Bento penasaran.
"Mm, contohnya, contohnya" kata yang keluar dari Ibu Tami sambil berpikir sejenak.
Murid-murid terbengong menatap Ibu Tami mereka seakan tak sabar menunggu paparan contoh orang yang melakukan tindakan pencucian uang.
"Begini, misalnya ada seorang kepala desa perbulan mendapat gaji katakanlah 4 juta " sambung Ibu Tami tapi keburu terpotong penjelasannya oleh seorang murid.
"Wah, ternyata kalo jadi kepala desa gajinya besar ya, kalo aku udah gede mau jadi kepala desa aja ,ah" sergah Sebastian sambil membayangkan sesuatu.