Bendera Setengah Tiang

I Gede Luwih
Chapter #17

17. Nasi Aking.

Bento terlihat tergopoh-gopoh menanggung galas yang masing-masing ujungnya digantungi ember berisi air. Ia menuju halaman rumah seraya mendekat ke drum besar yang ada di samping rumahnya. Bento menurunkan kedua ember pada halaman terlebih dahulu lalu melepaskan galas pada gantungan tali ember. Galas disenderkan pada gedek dinding rumah. Selepas itu, ia mengangkat ember untuk menuangkan airnya ke dalam drum besar. Nafas Bento sedikit lega karena telah melaksanakan kewajibannya membantu orang tuanya mencari air bersih.

Di dalam gubuk, Kakek tampak sibuk di dapurnya. Ia memasukan sejenis nasi tapi sudah kering ke dalam periuk. Rupanya kakek mau menanak kembali nasi yang sudah mengering itu. Asap pun mengepul dari celah lubang tungku yang sudah tertindih periuk di atasnya. Kakek menghubungkan semprong bambu ke arah mulut tungku yang sudah berisi kayu bakar, kakek pun meniup-niup semprong itu ke arah mulut tungku. Api dalam mulut tungku pun menyala. Kakek sekali kali terbatuk-batuk. Sedangkan cucunya kakek tampak duduk bersila di atas dipan sambil memandangi kakeknya yang nampak sibuk di area dapur. Sesekali ia mengusap ingusnya dengan pergelangan tangannya sampai pergelangan tangannya penuh dengan cap ingus dan terlihat menghitam kalau sudah mengering. Terkadang dihirup kembali sisa ingus yang tadinya diusap.

Bento tampak termangu melihat hidangan yang tersedia di balai bambu dapurnya. Nasi cacah dan sayuran urap daun kelor dengan kacang gude. Hanya masakan itu yang disuguhkan ibunya hari ini. Terbesit dalam pikiran Bento, disaat sebagian orang tengah mencoba resep makanan lezat, menu masakan inovatif nan enak maupun kreasi atau estetika hidangan yang disajikan enak, lezat, indah dan bernutrisi maupun bergizi. Ketika anak-anak di seberang sana yang dikelilingi fasilitas serba mewah disambut berbagai hidangan yang beraneka ragam sampai bingung memilih mana yang tidak disukai atau mana yang favorit, mana yang ingin dimakan dan mana yang tidak mau dimakan. Kadang sudah dimakan tidak dihabiskan pula, lebih banyak sisanya daripada yang dimakan, padahal makanan dilihatnya begitu enak bagi Bento. Ya itu terkadang yang ia lihat di TV. Akan tetapi, tidak baginya, tidak ada pilihan, suka tidak suka, bosan atau tidak, hanya hidangan itu yang tersaji.

"Kek, aku lapar!" bicara cucunya kakek berjalan menuju arah dapur sambil menghirup ingusnya kembali dan melihat kakeknya yang masih sibuk di depan tungku.

"Tunggu ya Nak,bentar lagi nasinya matang" sahut Kakek agak parau seraya membuka tutup periuk lalu mengambil sendok dari bilahan kayu sembari mengaduk isi periuk yang hampir matang. Kemudian kakek berusaha mengecilkan api pada mulut tungku sampai akhirnya nyala apinya perlahan padam hanya bara api kayu yang tersisa yang perlahan meredup dan padam juga. Kakek kemudian mengambil wadah bentuk mangkuk dari batok kelapa kemudian menyendok nasi yang telah matang dalam periuk dan disajikan ke dalam mangkuk batok kelapa tersebut. Kakek hanya menaruh garam dan sedikit minyak kelapa di atas sajian nasi pada mangkuk tempurung kelapa kemudian kakek beranjak mengajak cucunya ke atas dipan dengan membawa hidangannya. Mereka akan makan di sana. Kakek menaruh hidangan di atas dipan. Cucunya seakan tak sabar ingin makan karena sudah lapar sedari tadi.

"Sabar dulu ya,Nak. Nasinya masih panas, kita cuci tangan dulu ya" cakap kakek agak parau. Kemudian Kakek beranjak mengambil gayung dari batok kelapa seraya mengambil air pada tempayan. Selepas itu, membasuh tangan cucunya sekenanya. Setelah tangannya terbasuh, cucunya cukup kegirangan akan makan nasi yang sudah tersuguh segera meniup-niup agar lebih dingin.

Bento tampak bersiul-siul melangkah menuju ladangnya yang hanya beberapa petak. Ia juga membawa kantong kresek besar dan kantong plastik walaupun agak sobek tapi cukup untuk membungkus sesuatu. Ia menilik beberapa tanaman perdu singkong dan tumbuhan kacang gude yang lebih tinggi dari tinggi badannya. Bento seraya bersusah payah menyabut tanaman singkong, agak lama ia dapat menyabutnya sampai beberapa kali ia mengatur nafas untuk mengumpulkan tenaganya biar kuat menyabut tanaman singkong tersebut. Sampai akhirnya ia berhasil juga menyabutnya, umbinya lumayan banyak dan cukup besar dan memanjang. Hmm lumayan besar dan panjang. Bongkolnya membesar dan ujungnya meruncing. Bento lupa membawa alat untuk memotong umbi singkong dari akarnya. Bento pun punya akal, dipilinnya umbi singkong hingga bisa terlepas dari akarnya. Selepas umbi singkong terlepas dari akarnya semua, Bento seraya memasukan semuanya pada kantong kresek yang dibawanya tadi. Ia juga memetik kacang gude yang masih berwarna hijau tapi sudah berisi sembari dimasukan ke dalam kantong plastik. Setelah dirasa cukup ia menyudahi memetik kacang gude sembari dijadikan satu kantong plastik berisi kacang gude dengan kantong kresek berisi umbi singkong. Tangan Bento dirasakan agak lengket dan menghitam akibat memetik kacang gude. Diusap-usapnya sebentar dengan tanah yang gembur biar lengketnya sedikit menghilang. Kemudian ia beranjak pergi dari ladang menenteng kantong kresek berisi singkong dan bungkusan kacang gude. Dalam perjalanan di tengah ladang ketika dirasakan tangannya pegal menenteng, ia pun beralih posisi memanggul maupun menyandangnya. Sesekali juga ia beristirahat untuk mengatur nafasnya karena dirasakan lumayan jauh membawa kantong kresek sampai tujuan.

Kakek dan cucunya duduk di atas dipan. Mereka sedari tadi hanya menikmati hidangan nasi beras yang berbeda dari segi warna dan tekstur. Dan hanya ditimpali garam dan sedikit minyak kelapa. Bukan nasi beras yang pulen dan berwarna putih. Bukan nasi kuning oleh beras yang diwarnai dengan kunyit. Bukan nasi berwarna merah oleh beras merah dan bukan juga nasi ungu pekat oleh beras hitam. Akan tetapi,nasinya berwarna agak kecoklatan dan teksturnya sangat kasar. Kakek menyuapi cucunya yang tampak melahap makan walaupun hanya nasi tekstur kasar yang tersaji. Kakek juga sesekali mengelap ingus cucunya.

"Kek, kakek, kakek, kek!" terdengar suara anak kecil dari balik pintu gubuk sambil mengetuk pintu.

Lihat selengkapnya