Bento duduk melamun sendiri menikmati jam istirahat pelajaran di bawah pohon kersen pada samping halaman sekolah. Entah apa yang ingin dipikirkannya saat ini. Guru-guru juga terus mengintrogasinya tentang Sebastian. Apalagi bapak kepala sekolah ingin menemuinya. Ingin rasanya ia mengelak dan pura-pura tidak tahu. Tapi mau gimana lagi, para guru sudah tahu, apalagi Ibu Tami tahu kalau Sebastian adalah teman akrabnya. Serasa tak bisa menghindar lagi. Ah, pikirannya menjadi cenat-cenut.
"Bento?" tiba-tiba suara anak perempuan membangunkannya dari pikiran cenat-cenutnya. Ia pun mencari dan menoleh ke arah sumber suara. Apalagi telah memanggil namanya. Ternyata Tiara yang memanggilnya seraya mendekat ke arahnya. Tiara membenahi rok merahnya sembari duduk di sebelahnya sambil ngemil cemilan.
"Tumben nyapa?" celetuk Bento entah disadari atau tidak. Ia juga sempat melirik cemilan di tangan Tiara.
"Ih, emang kamu kira aku sombong gitu?" protes Tiara agak lembut sambil melirik Bento.
"Iya, biasanya kan tidak nyapa!" Bento seakan mengelak.
"Iya kita kan jarang ketemu di sekolah!" guman Tiara sambil terus menggamit cemilan di tangannya dan mengunyahnya.
"Iya juga sih!" kata Bento memelan seraya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
"Kok kamu sendirian aja, Sebastian mana? Biasanya sama dia kan?" celoteh Tiara sambil menoleh Bento dan memilin-milin sebiji cemilan dengan telunjuk dan ibu jarinya.
"Oh, dia lagi sakit, kakinya tertusuk paku!" sahut Bento agak ragu-ragu.
"Oh,pantes gak pernah nonton TV ke rumah, kamu juga?!" ucap Tiara manggut-manggut sambil memandang Bento.
"Kalo aku, karena tidak ada teman buat diajak kesana!" elak Bento.
"Emang harus ada kawan kalo mau nonton ke rumahku?" tanya Tiara seakan memojokan.
"Iya gak juga sih, tapi kalo rame-rame kan lebih seru!" sahut Bento agak malu.
Tiara tampak merogoh sesuatu dari saku bajunya dan ternyata sebungkus cemilan seraya menyodorkan pada Bento dan berkata,
" Nih, buat kamu, aku jarang liat kamu di kantin,"
"Buat aku, Kak?"