Bendera Setengah Tiang

I Gede Luwih
Chapter #20

20. Berkabung

Hari itu hari Kamis, 12 September 2019. Mendadak di sekolahnya Bento mengadakan upacara bendera. Menurut Bento, hari itu tidak ada peristiwa bersejarah nasional, tak ada hari peringatan nasional maupun internasional. Entah hari pahlawan maupun hari besar lainnya. Sehingga sebagian murid bertanya-tanya kenapa mendadak ada upacara bendera. Biasanya mereka mengadakan upacara bendera setiap hari senin dan hari besar nasional lainnya. Apa artinya semua ini? Apa akan ada upacara bendera setiap hari senim dan kamis? Upacara yang mendadak pun dimulai dan bisa dibilang berjalan lancar walaupun secara tiba-tiba karena pejabat maupun petugas upacara yang ditunjuk sudah biasa melaksanakannya termasuk Tiara sebagai pembawa bendera di kelompok pengibar bendera.

Sampai ada hal antimainstream menurut Bento, ketika pengibaran atau penaikan bendera. Penarik tali tiang bendera menarik tali tiang bendera sampai bendera naik ke puncak tiang diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya tapi setelah bendera berada di puncak tiang dan berkibar sejenak, beberapa saat kemudian penarik tali tiang bendera mengerek lagi sehingga bendera turun perlahan sampai berada tengah-tengah tiang setelah itu baru tali tiang bendera diikat pada bongkol tiang bendera dan bendera dibiarkan berkibar pada tengah-tengah tiang bendera. Hal ini membuat peserta lainnya penuh tanda tanya besar. Kasak-kusuk tak terelakan. Bento pun dipenuhi rasa ketidakmengertian.

Barulah hal itu terjawab ketika pembina upacara dalam hal ini bapak kepala sekolah disaat memberikan amanatnya. Bapak kepala sekolah menyampaikan bahwa dalam 3 hari ke depan akan mengibarkan bendera setengah tiang sebagai bentuk penghormatan terakhir pada mantan pemimpin negeri ini yang ketiga,Bapak 'Bacharuddin Jusuf Habibie' atau lebih populer dengan sematan Bapak B.J Habibie. Kalau untuk Bento lebih tepatnya memanggilnya Eyang Habibie, beliau meninggal dunia pada hari Rabu, 11September 2019 sekitar jam 18.05 waktu setempat akibat penyakit jantung. Hal inilah membuat negeri ini sedang berkabung nasional akibat kematian beliau. Penduduk negeri ini banyak yang mengucapkan rasa ikut berbelasungkawa, para pejabat negeri mengunggah pesan hari berkabung nasional, dan para pemimpin negeri maupun luar negeri menyampaikan serta mengirim karangan bunga tanda turut berduka cita.

Eyang Habibie dalam kariernya di pemerintahan pernah mengemban masa jabatan sebagai wakil presiden dalam waktu relatif paling pendek rentang 11 Maret 1998 sampai 21 Mei 1998 dan menjabat sebagai pemimpin negeri ini paling singkat dari 21 Mei 1998 sampai 20 Oktober 1999. Akan tetapi, menjabat 4 kali menduduki jabatan sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi dalam Kabinet Pembangunan III sampai VI dari 29 Maret 1978 sampai 11 Maret 1998 dengan rentang jabatan masing-masing selama 5 tahun jadi 20 tahun menjadi Menristek sehingga Eyang Habibie juga mendapat sematan julukan Bapak Teknologi Nasional, selain kepiawaiannya di bidang pembangunan teknologi di negeri ini.

Eyang Habibie yang semula melanjutkan kuliah teknik penerbangan dan kontruksi pesawat, bekerja, tinggal bersama istri dan anaknya di Jerman dari rentang waktu 1955 sampai 1972. Pada tahun 1973,Eyang Habibie di panggil oleh Presiden Soeharto untuk mengabdi dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada negeri ini. Pada tanggal 26 April 1976 dirintis 'PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio' dan Eyang Habibie menjadi Presiden Direktur dan resmi berdiri tanggal 23 Agustus 1976. Namun, PT itu pada 11 Oktober 1985 berganti nama menjadi 'PT Industri Pesawat Terbang Nusantara' (PT IPTN) dan berganti nama lagi menjadi PT Dirgantara Indonesia sejak 24 Agustus 2000 sampai sekarang dan berpusat di Bandung. Pada tahun 1978, Eyang Habibie diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi di pemerintahan Soeharto dalam Kabinet Pembangunan III masa jabatan 1978 sampai 1983. Sejarah paling fenomenal tercipta sewaktu Eyang Habibie menjabat sebagai Menristek untuk ke-4 kalinya dalam Kabinet Pembangunan VI masa bakti 1993 sampai 1998. Eyang Habibie bersama IPTN memperkenalkan pesawat N-250 Gatotkaca pada 15 Juni 1995, pesawat rangcangannya bersama IPTN diperkirakan berkapasitans 50-70 penumpang dan secara resmi terbang perdana 10 Agustus 1995. Eyang Habibie semakin populer dan banyak pihak yang menyematkan julukan Bapak Pesawat Nasional. Bahkan anak-anak bercita-cita ingin menjadi seperti Eyang Habibie yang bisa membuat pesawat terbang dan para orang tua pun menyuruh anak-anak untuk rajin belajar biar menjadi pintar maupun jenius seperti Eyang Habibie. Ada pula lagu "Kapal Terbang" yang dinyanyikan mantan penyanyi cilik Joshua Suherman pada masa itu. Namun, proyek Pesawat N-250 Gatotkaca berhenti diproduksi akibat negeri ini mengalami krisis ekonomi semenjak tahun 1997.

Lihat selengkapnya