Aku terbangun disebuah tempat yang gelap. Sebuah lilin menyala diujung ruangan. Cahayanya tak sanggup menyinari seisi ruangan yang berbau apek ini. Aku masih berusaha untuk mencari tahu dimana tempatku berada sekarang ini. Saat aku hendak berdiri dari dipan, seluruh tubuhku terasa sangat berat dan pusing.
Sesosok tubuh lelaki tua datang menghampiriku. Samar samar aku melihat bayangan lelaki tersebut dan segera menyadari bahwa ia adalah kakek yang aku tolong di sungai tadi.
“Kamu tadi terjatuh kedalam sungai. Aku mengikutimu hingga air terjun”
“Air Terjun?” Ah, aku ingat dengan air terjun itu.
“Tapi itu kan sangat jauh?!, bagaimana bisa kau mengikutiku hingga air terjun?” Tanyaku heran.
“Dengan bantuan serbuk ini nak” ia mengeluarkan serbuk yang berkilauan diterpa oleh cahaya redup lilin.
“Serbuk Druid!” Ucapku spontan.
“Ah, kamu mengetahuinya juga ya?, aku kira kamu adalah orang biasa” Kakek itu memberikanku segelas teh panas. Kuteguk perlahan teh tersebut, dan seketika itu juga pusing dan rasa sakit yang ada di badanku menghilang.
“Wah, terima kasih kek, aku merasa pulih kembali!” Ucapku bersemangat. Aku berdiri dan mencoba beberapa gerakan untuk memastikan bahwa rasa sakit yang ada ditubuhku telah hilang semua.
“Ini merupakan ramuan spesial dari tanaman langka di dekat sungai tadi.”
“Tanaman ini sejatinya ingin aku gunakan untuk penelitian, nemun aku putuskan untuk membuat ramuan penyegar sebagai bentuk balas budiku atas tongkat yang kamu ambilkan tadi nak”
Aku mendecak kagum dan merasa terharu.
“Ramuan untuk membuat apa kek?”
“Jangan panggil aku kakek, panggil saja pak dol” sanggahnya saat aku memanggilnya kakek.
“Oh, iya maaf kek, eh pak”
Kakek itu hanya tersenyum. “Ramuan ini akan aku gunakan untuk membuat penawar dari racun yang diakibatkan oleh wabah Aurora.”