Kami tiba di jembatan pembatas yang menghubungkan antara hutan belantara dan padang savana.
“Terkadang kakek tidak melewati jembatan ini pak” Ucapku saat pak rudolf hendak melewati jembatan itu.
“Kakek?” Tanyanya heran. “Bukankah kamu tinggal sendirian di hutan tersebut?”
“Iya. Aku memiliki seorang kakek yang selalu merawatku sejak kecil. Terkadang Kakek mendatangiku untuk memberikan makanan atau buah buahan yang sangat lezat.”
“Oh, jadi memang ada orang yang merawat kamu ya, kenapa kamu tidak tinggal bersama kakek itu?”
“Kami dulu tinggal serumah hingga aku cukup mandiri untuk mencari makanan sendiri. Saat aku ingin tinggal bersamanya, ia mengatakan bahwa ada sesuatu yang sangat penting yang harus dikerjakannya di desa sendirian. Dari situ kami mulai jarang bertemu lagi hingga saat ini.”
“Oh, baiklah, kalau begitu dimana jalan yang biasa dilewati oleh kakek mu?”
“Kakek pernah bercerita kalau ia menemukan jalan rahasia di bawah jembatan ini.”
Pak rudolf segera menegecek bagian bawah jembatan tersebut. Dan benar saja, sebuah lubang rahasia berada tepat dibagian bawah jembatan itu.
Pak rudolf menaburkan serbuk di dekat jembatan tersebut dan menghentakkan tongkatnya ke tanah. Sebuah anak tangga muncul dan mengarah ke lubang tersebut.
“Tunggu apa lagi?” Tanya pak rudolf
Aku segera menyusulnya untuk memasuki lubang tersebut. Lubang itu memiliki tangga yang mengarah kebawah jurang.
"Selama aku tinggal di klan ini, Baru kali ini ada sebuah tempat rahasia yang aku tidak ketahui.”
Kami menyusuri tempat rahasia itu. Yang kami temukan hanyalah sebuah tangga yang mengarah ke bawah jurang. Semesampainya kami d dasar jurang, sebuah sungai kecil menyambut kedatangan kami. Di ujung sungai tersebut, terdapat sebuah gua rahasia yang membuat kami memasuki gua tersebut.
Gua tersebut mengarah ke atas, dan ketika kami telas selesai menyelusuri gua tersebut, rumah tempat tinggalku terlihat tidak jauh setelahnya.
“Wah, ternyatar rumahku tidak terlalu jauhnya” Ujarku saat aku telah tiba di rumahku,
“Pantas saja tidak ada hewan yang mengganggumu. Lihatlah, bunga-bunga dan tumbuhan ini merupakan tanaman yang sangat dibenci oleh mahluk mahluk buas. Darimana kau mendapatkannya?” Tanya pak rudolf.
“Kakek ku memberitahuku kalau ini merupakan tanaman asli sini, dan aku disuruh untuk merawatnya dengan baik agar tidak layu. Lagipula tanaman ini sangat cantik.” Ucapku sambil menyentuh bunga yang berwarna ungu tersebut. Ketika aku menyentuh bunga tersebut, sebuah serbuk tersebar disekelilingnya. Wangi semerbak meliputi seluruh tanganku.
“Baiklah pak rudolf, terima kasih telah mengantarku sampai rumah” Ucapku saat pak rudol hendak pamitan.
“Iya, kamu juga jangan kapok main ke perpustakaan ya, aku dapat mengajarimu untuk menulis dan membaca” Ujar pak rudolf sambil cengengesan. Beberapa saat kemudian, ia menghilang di balik pepohonan.
Aku masih memikirkan apa yang di ucapkan oleh Pak Rudolf. Aku masih belum paham kenapa secercah cahaya hijau kebiruan yang indah itu malah mengundang mala petaka?. Kupejamkan mataku tepat dibawah langit yang sedang mengeluarkan aura hijau kebiruannya. Aku tertidur ditengah taman depan rumahku sambil menikmati suasana dimalam itu.
***
“Bangun nak”
Sebuah suara yang terdengar serak basah membangunkanku. Saat aku membuka mata, ternyata orang yang aku lihat adalah Kakekku!
“Kakek!” Balasku terkejut saat mengetahui kakek telah berada disini.
“Kamu tidur kayak batu. Susah sekali dibangunkannya” Ujar kakekku sambil cengengesan.