Bentala

Rahmad Dede Yufani
Chapter #1

Prolog

Pasukan-pasukan berpakaian gelap terus berdatangan—entah apa yang mereka lakukan: benda apapun yang mereka sentuh seolah-olah langsung berterbangan—butuh beberapa pasukan untuk menerbangkan sebuah gedung. Beberapa pasukan gelap juga menyerang penduduk pusat desa—pasukan hanya menepuk bahu penduduk hingga tampak seperti orang terhipnosis. Lalu mereka berjalan ke portal yang diciptakan pasukan-pasukan gelap. Di dalam lubang portal terlihat biru—seperti langit cerah berwarna biru.

   "Kemana mereka akan pergi?" tanya Antlia bingung seraya menjaga keseimbangan busur panahnya. Tangannya sangat terampil saat membidik musuh.

   "Fokus, Antlia!" ucap Rea dari jarak yang tidak terlalu jauh. Rea cekatan dalam hal melempar senjata andalannya: tombak peninggalan dari ayahnya. Terbuat dari ferum di salah satu ujungnya terdapat ada batu berbentuk prisma segi delapan berdimensi seukuran kepala Rea sendiri.

Setelah beberapa jam bertarung melawan pasukan gelap. Mereka mulai kelelahan—banyak pasukan gelap yang sudah berjatuhan. Sisanya mereka disuruh mundur. Aphelion tampak gagah terbang sendirian di atas—melihat pasukannya bertarung. Aphelion membuka portal untuk sekian kalinya—berbeda dengan sebelumnya. Kali ini, pasukan gelap yang dikeluarkan berukuran lebih besar dan belasan pasukan gelap yang keluar langsung menyerang Rea dan Antlia.

   "Cepat sekali!" Antlia terkejut. Alhasil, Antlia harus menyerang pasukan gelap secara dekat.

Boom!

Pukulan pertama pasukan gelap bergetar seketika. Tangan Antlia ikut bergetar—tidak kuat menahannya hingga membuat Antlia mundur beberapa jengkal.

   "Sial. Sepertinya, mereka tidak ada habis-habisnya. Mereka terus berdatangan dari portal yang diciptakan Aphelion" ucap kesal Rea.

Antlia dan Rea berpapasan saat keadaan tambah parah. Rea memegang erat tombaknya. Begitu juga, Antlia dengan busur panahnya.

   "Apa yang kita harus lakukan sekarang, Paman Rea?" ucap Antlia kebingungan melihat situasi yang sedang terjadi di pusat Desa Bentala.

   "Aku sedang memikirkannya" ucap Paman Rea memandang tegak ke atas melihat pemandangan yang mengerikan.

Terlihat gedung-gedung perlahan mengambang ke atas—tidak lama lagi akan bertabrakan dengan ribuan cahaya kuning dari bola-bola lampu yang merekat di akar-akar pembangkit listrik tenaga kunang-kunang. Seluruh gedung yang bertebrangan menuju keatas hampir menyentuh langit-langit desa bentala. Jika gedung itu bertabrakan, sesuatu yang buruk akan terjadi. 

Setelah tiga jam lebih Antlia dan Rea bertarung melawan pasukan gelap—dengan tenaga yang tersisa mereka terus berusaha untuk bertahan; kekuatan tangan mereka perlahan luntur seiring berjalannya waktu—pasukan gelap tampak biasa saja menerima serangan dari Antlia dan Rea.

   "Kalian tidak bisa melakukan apa-apa lagi, selamat tinggal" ucap Aphelion sedang terbang. Jubahnya berkobar-kobar laksana kstaria kegelapan.

Aphelion tiba-tiba menarik pasukannya. Portal terbuka dan para pasukan gelap masuk dan menghilang. Antlia dan Rea sudah tidak kuat; hendak menyerah.

Lihat selengkapnya