Benteng Terakhir Pernikahan

Alexa Rd
Chapter #2

Chapter 2

Setelah memarkirkan mobilnya, Nindya tak peduli dengan perutnya yang keroncongan. Dia bergegas masuk ke dalam kamar. Tak ada makan malam di rumah Mama tadi. Laras pingsan sebelum mereka sempat makan.

Nindya melihat foto pernikahan dirinya dan Bima. Senyum bahagia menghiasi wajah mereka kala itu. Mereka sangat bahagia, meski belum dikaruniai anak, mereka bahagia. Tak mungkin Bima berselingkuh. 

Pukul delapan lewat lima menit, Bima belum pulang. Biasanya makan malam di rumah Mama juga baru akan selesai pukul setengah sembilan malam. Selama dua tahun, acara Sabtu malam sebulan sekali ini tak pernah ditiadakan.

Di sela kesibukan semua orang, acara makan malam di minggu terakhir itu akan membuat keempat orang berkumpul. Biasanya Bima sangat bersemangat. Dia akan bertemu Mama yang bukan hanya menganggapnya menantu tapi juga anak laki-lakinya sendiri.

Nindya masih memikirkan kata-kata Laras. Laras mencintai Bima sejak lama. Sejak kapan?

Mereka hanya bertemu sebulan sekali jika tak ada acara keluarga lainnya. Atau ... mereka bertemu diam-diam di luar?

Nindya menenangkan pikirannya sendiri lagi. Semua ini belum tentu benar, Nindya. Dengan tak sabar, ditunggunya Bima pulang.

Pukul sembilan lewat sepuluh menit, suara mobil Bima terdengar memasuki pelataran rumah. Tak lama, langkah kakinya mendekati kamar, lalu pintu kamar dibuka dari luar.

“Nin ...” Bima meletakkan tas kerjanya sembarangan. Wajahnya terkejut melihat Nindya yang sembab. “Ada apa?” Dia bergegas duduk di sebelah Nindya lalu memegang bahunya.

Nindya mengambil tangan Bima lalu menggenggamnya. “Laras tadi pingsan. Dia hamil dan ... dia bilang itu anakmu. Itu tidak benarkan, Bim?" 

Nindya meremas tangan Bima. Dia menunggu di mana Bima akhirnya bisa membebaskannya dari prasangka yang teramat menyakitkan. Tapi momen itu tak kunjung ada.

Wajah Bima pias. Dialihkan pandangannya dari tatapan Nindya. Tangannya tiba-tiba menjadi dingin dalam genggaman istrinya.

Nindya memperhatikan semuanya. “Kejadian di vila itu, apa itu benar? Jawab, Bim!” tatapnya tajam dibalik matanya yang mulai berair, suaranya bergetar.

Lihat selengkapnya