Benteng Terakhir Pernikahan

Alexa Rd
Chapter #6

Chapter 6

Nindya membelokkan setir mobilnya di tikungan terakhir menuju gedung apartemen tempat dia tinggal. Matanya melirik ke kiri jalan. Sebuah mobil dengan plat nomor yang sudah dia hafal, terparkir seperti beberapa hari terakhir. Mobil Bima.

Nindya melewatinya seolah dia tidak menyadari kalau suaminya beberapa kali sengaja menunggunya pulang. Biasanya, setelah Nindya sampai lalu melihat ponsel, dia akan mendapati pesan Bima yang ingin menemuinya. Pasti Bima mengirim dari mobilnya.

Sudah dua minggu, mungkin dia harus memberi Bima kesempatan bicara, atau setidaknya bertemu. Dari lubuk hatinya, Nindya tak menyangkal kalau dirinya pun merindukan Bima.

Ditaruhnya tas kerja di atas meja dengan hati-hati lalu dilangkahkan kakinya ke depan jendela. Dibukanya tirai yang menutupi kaca bening menghadap jalan raya di depan gedung apartemennya. Mobil Bima tidak terlihat dari sana, tapi Nindya bisa membayangkan suaminya masih menunggu di bawah.

“Naiklah kalau mau,” tulis Nindya untuk Bima.

Kurang dari sepuluh menit, pintu apartemen Nindya diketuk dari luar. Nindya ragu untuk membukanya. Baru ketukan ketiga, Nindya memaksakan diri memutar gagang pintunya. 

“Nin,” sapa Bima sambil tersenyum. Dia masih mengenakan baju kerja.

“Masuklah,” kata Nindya sambil memberi ruang untuk Bima melangkah ke dalam. 

Bima duduk di sofa ruang tamu sambil melihat sekeliling ruangan. Dia hanya pernah sekali masuk ke apartemen Nindya, sebelum istrinya mengancam akan pindah jika dia terus kesini.

Nindya meletakkan sebotol air mineral di meja lalu duduk di depan Bima. “Kau sehat?” tanyanya. Dilihatnya Bima dari ujung rambut hingga kaki.

Suaminya tampak sehat, hanya mungkin sudah lama Bima tidak bercukur. Warna dasinya tidak sesuai dengan pakaiannya, pikir Nindya. Biasanya dia yang akan menyiapkan.

“Sehat. Kau sendiri? Sudah makan malam?” tanya Bima kembali. Percakapan mereka sama sekali tidak mirip suami-istri.

Nindya menggeleng. “Nanti saja,” jawabnya. “Berhentilah menungguiku, Bim. Aku bisa menjaga diriku,” lanjut Nindya. 

“Kalau begitu pulanglah. Kau istriku, Nindya. Tak sepatutnya kita tinggal terpisah,” jawab Bima sambil mencondongkan tubuhnya.

“Tak seharusnya juga kau tidur dengan orang lain.” Nindya sendiri terkejut dengan kalimat yang barusan dia ucapkan, tapi dia tak ingin meralatnya. “Aku masih ingin tinggal di sini,” tambahnya. 

Lihat selengkapnya