Setelah terdiam selama beberapa detik, Aulia kembali dengan cepat membuka suara, karena tak ingin Betrand bertanya banyak hal lagi.
"Lho, emangnya Kakak gak boleh bawain makanan buat Betrand? Gak papa, kan?"
Betrand hanya terdiam.
"Ayo, habisin makanannya, Dek! Biar Betrand juga cepat sembuh!" ujar Aulia seraya tersenyum lebar.
"Udah, Kak, aku gak mau lagi!" balas Betrand dengan pelan.
"Yasudah, sekarang minum obatnya, ya!" Aulia lantas mengambil kemasan Sanmol Paracetamol Syrup yang tadi dia ambil. Setelah mengocok obat itu, dia menuangkannya ke sendok teh, lalu memberikannya kepada sang adik.
***
Setelah semuanya beres dan Betrand sudah terlelap kembali, Aulia memilih keluar dari rumah megahnya itu, hanya untuk menghirup udara segar sekaligus merenungi sikap kedua orang tuanya yang sama sekali tak ada hangat-hangatnya terhadap sang adik, Betrand.
Di tengah lamunannya itu, tiba-tiba ....
"Aulia?" Terdengar suara yang memanggilnya.
Sontak, ia pun melemparkan pandangan dan seketika iris matanya itu menangkap sosok anak laki-laki sebayanya yang tengah berdiri di gerbang dengan belahan rambut yang sangat rapi.
"Eh, hai, Thoriq! Masuk sini!" Wajah Aulia kelihatan nampak lebih ceria setelah kehadiran anak laki-laki itu.
Ya, dia Thoriq Rizky Ahmad Maulidan, sahabat kecil Aulia. Rumah mereka berdekatan dan mereka selalu menghabiskan hari-harinya bersama. Bahkan kedua orang tua mereka juga bersahabat.
"Tumben melamun, Ul!" ujar Thoriq seraya duduk di dekat Aulia.
"Ah, gak, kok!" bantah Aulia lantas tersenyum lebar.
"Oh iya, Betrand mana? Tumben suaranya gak kedengeran!"
Mendengar ucapan sang sahabat sontak membuat Aulia kembali murung, lantas dengan nada pelan ia pun berkata, "Itu, Riq, Betrand sakit!"
"Sakit? Perasaan kemarin baik-baik aja!"