Setelah menanti selama beberapa menit dengan kepanikan yang tak berujung, pintu ruang ICU—tempat Betrand dirawat—mulai terbuka dan keluarlah seorang dokter muda dengan jaket putih yang membalut tubuh atletisnya.
Melihat hal tersebut, Ibunda Thoriq sontak mendekat ke arah dokter itu dan bertanya dengan raut wajah khawatir. "Bagaimana keadaan anak saya, Dok?"
"Anak Ibu terkena penyakit tifus, sekarang dia belum siuman, tapi Ibu tenang saja, sejauh ini dia hanya perlu istirahat yang cukup dan harus dirawat intensif di rumah sakit ini," jelas dokter itu dengan senyuman ramah.
"Baik, terima kasih, Dok!" Via tersenyum tipis, sesekali ia melirik ke dalam ruang ICU dan terlihat Betrand yang masih terkulai tak berdaya di dalam sana.
"Sama-sama, Bu. Kalau begitu saya permisi dulu," lanjut dokter tersebut yang hanya ditanggapi oleh senyuman tipis dari Via.
Setelah dokter itu pergi, Via lantas masuk ke ruang ICU disusul oleh Fakhri, Thoriq dan Aulia.
Ketika sudah di dekat ranjang, mereka hanya terdiam seraya menatap sendu ke arah sosok kecil yang masih terbaring lemas itu.
"Kasihan sekali kamu, Nak!" gumam Via dengan lirih lantas menggenggam tangan mungil Betrand.
"Betrand masih belum sadar juga ya, Tan?" celetuk Aulia polos.
"Belum, Nak, kita berdo'a saja ya, semoga Betrand cepat sadarkan diri dan cepat sembuh juga," jawab Via tersenyum tipis.
Aulia hanya mengangguk pelan dengan senyuman tipisnya. Setelah itu, ia terdiam lagi seraya menatap lekat-lekat adiknya yang masih terbaring tak berdaya.
Di sisi lain, ternyata Fakhri sedari tadi menyadari rasa gelabah di hati sahabat sang putranya itu.
Kasihan sekali Aulia, masih kecil sudah ditinggal sendiri dengan masalah seperti ini, batin Fakhri sembari menghela napas dengan pelan.