Hari berganti malam, malam berganti bulan dan sosok yang dirindukan anak malang itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Ia sudah kelihatan sangat resah menunggu—sampai akhirnya di jam 20.45—saat dia hampir terlelap kembali, sang Ibunda dan Ayahandanya datang tergopoh-gopoh. Semua menjadi ceria melihat kedatangan dua orang tersebut lain halnya dengan Aulia yang keheranan.
Kok tumben ya, wajah Bunda sama Ayah kelihatan gelisah gitu, batin Aulia.
"Aduh, maaf, Vi, Ri! Jadi merepotkan begini, aku baru lihat pesan kalian!" ujar Silvy tampak merasa bersalah.
"Gak apa-apa!" balas Via tersenyum simpul.
"Bunda?" lirih Betrand yang sudah hampir terlelap.
Sontak, Silvy menoleh ke arah suara malang tersebut, ia lantas mendekat ke putra semata wayangnya itu seraya tersenyum tipis.
"Gak usah khawatir ya, Vy! Tadi kata dokter, Bertrand hanya perlu dirawat intensif!" lanjut Via.
Silvy yang mendengarnya hanya tersenyum tipis.
"Oh iya, Vi, Ri, kalian boleh pulang ke rumah. Biar kami yang jaga Betrand di sini," ucap Silvy tersenyum simpul.
"Iya, Vy. Aulia nggak balik juga? Besok kan dia sekolah!" timpal Via lantas menoleh ke arah Aulia yang terdiam bengong.