BENUA ASA

Nana
Chapter #6

6. Benua

Dio tengah melamun di balkon kamarnya, memandangi langit malam yang agak redup karena bintang - bintang nampak malu menampakkan diri mereka. Padahal Dio suka dengan langit bertabur dengan bintang, tapi ya sudah Dio memilih menikmati angin malam yang terasa sejuk hari ini.

Sebenarnya Dio kepikiran dengan gadis yang nyasar ke toilet laki – laki siang tadi di kantor. Bukan karena gadis itu nyolot meskipun dia yang salah, tapi Dio nampak tak asing dengan gadis itu. Kayak pernah lihat, tapi nggak tahu di mana. Dia lupa – lupa ingat, seumpama itu temannya nggak mungkin juga. Kan Dio bersekolah di sekolah khusus laki – laki terus melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Jadi nggak mungkin juga, jadi siapa sebenarnya gadis itu? Dio beneran penasaran, tapi ingatannya nggak mendukung itu.

“Dek? Mbak masuk ya?” suara Sartika membuyarkan lamunan dari Dio.

Dio belum sempat menjawab, Sartika sudah di dalam saja. Dio sedikit menghela napasnya, cukup lelah dengan kelakuan kakaknya itu, ‘terus gunanya izin apa coba?’ serunya dalam hati. 

Sartika hampiri adiknya, “Mbak ganggu tah?” Sartika bertanya, karena dari logat adiknya terlihat lagi sedang - nggak mau diganggu. “Apa mbak?”

Dio lebih memilih nggak menjawab, karena menurutnya nggak guna juga soalnya Sartika sudah berada di hadapannya. “Ayo makan dulu, sudah ditunggu sama Opa.” 

“Aku nggak laper mbak,” selesai ngomong itu, Dio menghadapkan tubuhnya ke depan lagi ─ melihat langit malam.

Sartika yang paham betul dengan adiknya, bukan menyerah malah mendekati adiknya itu, kemudian mengelus bahu bidang adik terkecilnya. “Makan dulu, sudah ditunggu Opa.”

“Nggak laper mbak.” Jawab Dio sekali lagi.

“Dek, kamu tahu Opa gimana, jadi ayo turun makan.” Sartika mengelus kepala adiknya, sebelum Sartika pergi dia mengingatkan adiknya kembali. “Mbak tunggu, ayo turun bareng.”

Kalau bukan karena Sartika, mungkin Dio enggan untuk turun berhubung kakaknya sudah bicara kayak tadi alhasil Dio memaksa diri untuk turun ke bawah menikmati makan malam bersama. 

“Benua?” 

Dio mendengkus ... lagi. Baru juga duduk, Seruan kakeknya sudah mengudara saja. Sejenak, Dio diam tak membalas karena dia nggak siap untuk memulai perdebatan dengan kakeknya, yang mungkin saja bisa terjadi. “Benua? Kamu tidak menjawab?” Sartika senggol adiknya yang duduk di sampingya. “Dek, dijawab dong Opanya!” 

“Makan dulu bolehkan, Opa? Aku lapar.” 

“Memangnya kamu nggak punya tenaga, untuk sekadar manjawab Opa?”

Dio nggak jawab yang ada dia malah menyendok nasi ke piringnya. Tidak memperdulikkan omongan kakeknya. Melihat kelakuan Dio yang seperti itu, otomatis kakeknya marah. “Benua!!!” Kakek Dio berseru dengan keras sambil menggebrak meja secara dramatis. Beliau kesal dengan sikap cucunya yang seperti itu, terlihat sekali sopan santunnya nggak ada. Sartika hampiri kakeknya dengan cepat, perempuan itu mengelus punggung sang kakek untuk menenangkan. “Opa yang sabar, jangan emosi.”

“Kalau Opa mau marah, aku akan pergi dan nggak jadi makan malam.” Dio hendak pergi, tetapi Sartika memberi isyarat untuk pria itu agar diam di tempat dan melanjutkan acara makannya.

“Opa yang tenang, Benua lagi banyak pikiran. Nanti abis makan aja ya?”

“Adikmu saja yang kepala batu.”

*** 

Asa lagi sibuk dengan ayam rocketnya, terus ... ada Bumi yang tiba – tiba menggagunya dengan omongan khas bocah ketika menginginkan sesuatu. “Mbak minta dong.”

Asa melirik tajam ke Bumi, kemudian dia menjawabnya dengan omongon sengit, “mau? Beli dong!!” sahut Asa menggoda adik terkecilnya. Karena pada dasarnya Bumi adalah tipikal anak apa yang dia mau harus didapat. Ia pun menghalalkan jurus andalannya untuk merampas ayam roket milik kakaknya... dengan memanjat pinggiran sofa untuk mengambil paksa ayam yang sedang dinikmati Asa.

Asa yang tahu akal bulus adiknya, pun menggeser tubuhnya agar adiknya tak bisa menjangkau ayamnya. Asa menjulurkan lidahnya ... mengejek Bumi yang tidak bisa mendpaat apa yang dia mau. Bumi yang kesalpun, menghentakkan kaki mungilnya secara otomatis. Tapi dia nggak sadar di mana posisinya, sehingga menyebabkan Bumi...

Lihat selengkapnya