BENUA ASA

Nana
Chapter #7

7. Niat Baik Berujung Apes


Asa hanya diam, nggak menjawab semua ocehan Cara. Gadis itu masih sebal dengan kelakuan Cara yang kemarin. Cara sudah mencoba membujuk tetapi Asa tetap bersikap dingin padanya. 

Terus kenapa juga Cara sok – sokan jemput segala, bikin makin tengsin aja. Andai saja bukan karena Mamanya, Asa nggak bakal mau berangkat bareng Cara. 

“Lo beneran nggak mau maafin, gue?”

 Asa nggak jawab, “Sa?” Cara mencoba memangilnya lagi, tapi tetap saja nihil. Gadis itu nggak merespon.

Setelahnya tidak ada percapakan lanjutan, karena Cara merasa diacuhkan akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti kemauan Asa.

  Nggak lama dari itu, Asa membuka suaranya. Awalnya Cara senang karena gadis itu sudah mau bicara, tetapi harapan Cara terputus karena Asa... “Nanti di persimpangan depan tolong berhenti, aku mau turun.”

Pupus sudah harapan Cara.

Setibanya di perempatan Cara menepi, memberhentikan mobilnya. Asa turun dari mobilnya, ketika Asa hendak menutup pintu mobil Cara mencobanya sekali lagi. “Sa nanti kalau lo udah baikan bilang gue ya.” 

“Iya bakal gue kabarin.” 

Senyum mengembang datang dari bibir Cara. Pria itu sedikit lega saat Asa masih mau menjawabnya. Itu artinya Asa marahnya nggak sungguh – sungguh, dia hanya butuh waktu untuk menenangkan dirinya. “Lo masih Asa yang gue kenal.”

***

Sebenarnya jarak kantor dari perempatan dia turun masih cukup jauh, tapi karena gengsi ya Asa harus rela melakukan itu. Karena baginya kesalahan Cara yang kemarin cukup fatal, terlepas dari apapun alasan pria itu.

Asa berhenti sejenak di depan pintu masuk perusahaan, dia perlu menetralkan napasnya yang sedikit ngos – ngosan hasil dari jalan kakinya yang hampir satu kilometer itu. 

Saat Asa hendak masuk, tiba – tiba perhatiannya tertuju pada seseorang yang nampak kebingungan. Karena nggak tega, Asa hampiri anak itu. “Dek cari siapa ya?” tegur Asa sekaligus bertanya.

Yang ditanya mengerjapkan mata, “lo ngomong sama gue?!” ujarnya sedikit ngegas.

“Iya, soalnya kamu kayak kebingungan banget. Makanya aku samperin barang kali ada yang bisa aku bantu.” Asa mencoba meredam emosinya. Sebenarnya sih dongkol dia, karena anak itu nggak sopan banget. Ditanya baik – baik, tapi responnya bikin emosi hati.

“Lo pegawai sini?” 

“Asa sabar, niatnya mau bantu.” Ujar Asa dalam hati.

“Iya, kebetulan saya intern di sini.”

“Baguslah, gue mau nitip berkas buat Pak Dir, tapi gue malas ke dalam. Untung ada lo, titip yaaa.” Ujar cowok itu sambil menyerahkan berkas yang dia maksud.

“Oke, tapi ini dari siapa untuk siapa ya?” tanya Asa sekali lagi untuk memastikan.

Lihat selengkapnya