BENUA ASA

Nana
Chapter #10

10. Perang dimulai


Baru hari pertama Asa jadi asisten pribadi Dio, tapi seluruh badannya sudah anjur - lebur rasanya. Pegel dam capek banget, padahal baru setengah hari. Jam makan siang juga belum, masih lama.

Tetapi kerjaan Asa banyak banget, mulai dari pemberksan, ikut wira - wiri Dio. Ke divisi sinilah - ke divisi sanalah. Duh Gusti, kapan selesainya Asa capek banget.

Sekembalinya dia menemani Dio dari divisi pemasaran, Asa langsung tepar. Melemaskan seluruh badannya yang cukup kaku, dan senderan di kursinya sebentar sudah dijadikan opsi terbaiknya saat ini.

“Ya Tuhan, gini banget sih hidup. Ini baru satu hari, tapi udah diplonco kek gini.” Ucap Asa dalam hati supaya tidak dengar orang yang bersangkutan. Tapi namanya orang kesal pasti ada reaksi, Asa memilih menyalurkan emosinya ke lantai. Iya dengan menghentakkan kakiknya.

Kai yang baru saja keluar dari ruangan Dio, keheranan. Apa gerangan dengan si gadis. Tapi kalau Kai boleh nebak pasti Asa sedang lelah hati, karena ulah Dio. Apalagi hari ini ada beberapa trobel di beberapa divisi pasti Dio sibuk banget sana - sini.

“Oi, anak gadis.” seru Kai memanggil Asa, tapi gadis itu tidak menjawabnya. Sepertinya gadis itu beneran lagi capek.

Kai sentuh punggung Asa yang sedang menunduk menempelkan wajahnya di meja. “Asa?”

“Yah?!” Asa sedikit tersentak dengan sentuhan di punggungnya. Dengan cepat Asa bangun dari senderan mode depannya, ia mendongak memastikan siapa orang yang memanggilnya. Asa harap itu bukan Dio. Kalau beneran Asa beneran bisa mati muda.

“Pak Kai?”

“Iya ini saya,” Kai menjawab dengan iringan senyum manisnya.

“Ada yang bisa saya bantu, Pak?”

“Nggak ada kok, saya cuma sedikit... Prihatin lihat kondisi kamu. Makanya saya mau mastiin kalau kamu masih hidup.” Kai terkekeh setelah ngomong seperti itu.

“Kelihatan nelangsa banget ya, Pak?” Asa menyahut lesu, dia benar-benar lelah hati dan pikiran.

“Banget, dibawa santai aja. Baru satu hari loh. Jangan loyo gitu kalau nggak mau kena semprot sama Benua.”

“Pak Kai, tolong jangan panggil nama itu. Nanti kalau saya kebawa Bapak mau tanggung jawab!” sumpah Asa trauma sama nama itu, masak cuma gara - gara hidupnya bisa berubah banget kayak gini.

“Oiya, sori. Gue masih belum terbiasa nyebut nama Universe Benua.”

“Kamu sibuk nggak?” Kai bertanya.

“Sekarang sih nggak, tapi nggak tahu nanti.”

Kai tidak bisa menahan rasa gelinya, ia tertawa mendengar ucapan Asa. Gila banget nih anak gadis, baru satu hari kerja sama Dio tapi udah hapal betul sama tabiat Dio — yang suka tiba-tiba kasih kerjaan.

“Kayaknya kamu bakal senggang untuk sementara waktu.” ucap Kai yang sudah hapal betul dengan kebiasaan Dio. Se-hecticnya Dio dalam bekerja dia nggak bakal sampai hati menyuruh orangnya untuk bekerja ketika waktu jam makan siang hampir tiba.

“Kok Bapak bisa tahu?”

“Percaya deh sama saya, mau makan bareng nggak?”

“Beneran nih? Ditinggal nggak apa - apa. Kan jam makan siang setengah jam lagi.”

“Iya nggak apa - apa. Makan bareng yuk?”

“Boleh nih pak?”

“Iya boleh atuh, nanti gabung sekalian sama Lai dan Bayan.”

“Ohh baiklah, saya izin dulu...”

“Nggak perlu, nanti saya yang minta izin.”

*** 

Untung yaa, hari ini weekend jadi Asa nggak perlu mikir lemburan. Edan memang, Pak Dio itu. Pada dasarnya dia itu gila kerja atau memang suka memerah tenaga orang sih? Apa Pak Dio nggak mikir kalau Asa statusnya cuma anak magang? Kenapa semua kerjaan dilimpahkan padanya.

Kalau saja bukan karena Kak Bayan yang baik banget itu, Asa mending keluar dan magang di kantor kakaknya. Daripada dia mati muda.

“Mau ke mana mbak Sa?” Bumi yang lagi asik nonton kartun favoritnya dengan cemilan ciki ditangannya, mendadak kepo dengan penampilan kakaknya yang sudah rapi banget.

“Mau ke depan dek, beli soto.”

“Bohong nggak tuh?” Asa menggerlingkan mata, heran kenapa adiknya sepintar itu, dan nggak bisa dikibulin. Mungkin ini yang dirasakan Riu saat Asa membohongi dan membabukan kakak nomor tiganya. Definisi karma is real.

“Mau nongkrong benar, sama bang Owen.” Asa berkata jujur pada akhirnya.

Lihat selengkapnya