Berdamai dengan Patah Hati

zuzty hanis
Chapter #4

Pelayan Toko

Di toko itu Arimbi bertemu dengan Resa. Saling mengenal, saling jatuh cinta namun sayang kisah cinta mereka harus selesai. Putus baik-baik lalu saling melupakan. Kini mereka dipertemukan kembali lewat unggahan di media sosial. Semua orang ingin tahu bagaimana perjalanan cinta Arimbi dengan Resa. Mengapa begitu banyak foto di unggahan itu. Seharusnya foto itu dipamerkan di acara pernikahan Arimbi dan Resa. Tapi mengapa hanya menjadi koleksi sebuah akun saja. Sangat disayangkan .

Hari itu pak bos sering bertanya kepada Arimbi. Tapi Arimbi selalu menutup diri. Ia tidak mau memberi tahu ketika pak bos meminta akun sosial medianya.

“Untuk apa pak?”

“Ada seseorang yang ingin mengenalmu lebih dekat lagi, dia sedang mencari calon pasangan hidup, dia tertarik padamu,  Mas Resa. Bapak pernah bilang waktu itu kalau Mas Resa menyukaimu,” kata pak bos sedikit menggoda.

“Mas Resa yang mana pak?” tanya Arimbi pura-pura bego padahal tadi malam sudah chat panjang. Tidak mau memberi keterangan mengenai akun media sosialnya, Arimbi memberi akun chat kepada Resa karena lebih pribadi. Membuat Resa kegirangan luar biasa. Apalagi Arimbi lebih sering chat duluan.

“Mas Resa lama ah balesnya, malas aku ...” Arimbi teringat chat terakhir yang ia kirim ke Resa. Tersadar jika di chat dia sudah seperti itu ke Resa. Ia malu sendiri dengan dirinya sendiri. Apakah ia sedang jatuh cinta?

“Mas Resa yang setiap hari datang ke toko?”

“iya.”

“Mas Resa datang ke toko karena ada kebutuhan pak, bukan karena suka dengan saya.”

“Sudah bertahun-tahun Mas Resa menjadi pelanggan di toko saya, kalau belanja biasanya grosir tapi semenjak ada kau di toko belinya ecer. Hari ini beli pena saja, besok beli tipe- x saja, besoknya lagi beli buku satu biji, apalagi kalau lagi banyak antrian fotokopi. Ikut-ikutan mengantri, fotokopi apa saja, cari-cari alasan saja supaya bisa lihat kau lama-lama.”

Arimbi baru saja sadar, jika Resa sering datang ke toko. Pernah laki-laki itu pura-pura menunggu taxi di depan toko, padahal bawa mobil sendiri. Pura-pura pinjam payung padahal tidak hujan. Pura-pura bilang salah alamat, saat ada penjual makanan online datang ke toko.

“Untuk kamu saja, berhubung sudah sampai sini. Tadi siang saya pesan untuk makan siang di kantor, saya lupa mengetik alamat. Alamatnya mirip , kantor saya nomor 71 kalau tokonya pak Adnan nomor 17. Kebalik...hehe, sudah dimakan saja. Masih fres, jangan dibuang,” kata Resa saat ada kurir membawa makanan.

“Untuk Bapak saja, bapak kan sudah disini.”

“Saya sudah kenyang, sudah makan di kantin. Untuk kamu saja, belum makan kan?” kata Resa.

Pak bos dan Mba Laila hanya cekikian sambil ngumpet. Ada saja usaha Mas Resa untuk meluluhkan hati Arimbi.

“Mba Arimbi istirahat dulu, dimakan dulu. Nanti keburu dingin makanannya, saya sebelum berangkat baru saja makan siang. Hari ini toko ramai kan? Mba Arimbi pasti lelah dan lapar. Sudah makan dulu sana.”

Biasanya pada jam makan siang pak bos datang ke toko. Bergantian menjaga toko saat karyawannya istirahat.

“Mba Laila ayo makan dulu,” ajak Arimbi. Dia merasa sedikit nerves karena Resa masih saja disana. Mencari-cari kesempatan.

“Saya mau ke supermarket dulu Mba, anak pesan sesuatu,” jawab Mba Laila sambil mengambil tas.

Mereka bertiga seperti bersekongkol.

“Mas Resa belum kembali ke kantor lagi?” tanya Pak bos.

“Jam istirahatnya masih 45 menit lagi, duduk-duduk disini boleh kan Pak?”

“boleh dong, anggap saja rumah sendiri. Silahkan duduk disana,” kata Pak bos menunjuk sebuah sofa yang biasa digunakan untuk istirahat makan siang dan rebahan sebentar. Ada di belakang etalase yang tinggi, jadi tidak kelihatan dari luar.

Canggung sekali disana.

Lihat selengkapnya