Berharap Madu, Terdulang Permata

SURIYANA
Chapter #5

5. Cuti yang Bertambah

Deg. Apa ini? Apakah Ibu Arinda memecatnya? Tidak, tidak boleh. “Maaf, mohon maaf, Bu,” kata Citra cepat-cepat. Apa salahnya? Menerima kiriman bunga pribadi saat jam kantor? Tidak membereskan perihal Fiber Batavia?

Ia tidak memberikan kesempatan untuk Ibu Arinda berkata-kata karena takut kalau-kalau kalimat yang terlontar dari mulut atasannya itu adalah keputusan final. Oleh karena itu, ia melanjutkan, “Iya, Bu, saya mengaku salah. Saya tidak segera memproses invoice dari Fiber Batavia,” ceracaunya. “Saya paham start-up bergantung kepada koneksi internet. Saya akan bereskan, tolong –

“Citra,” kata Ibu Arinda menghentikannya. “Saya cuma heran kenapa kamu masih ada di sini, sedangkan pernikahanmu berlangsung tiga hari lagi?”

Tidak terbayang betapa lega hatinya mendengar penjelasan dari atasannya itu. Citra yang terlalu cepat mengambil kesimpulan. Maklum, sepanjang hari ini ia diterpa dengan berbagai masalahnya yang membuatnya tidak lepas dari kekhawatiran.

“I… iya, Bu,” jawabnya malu. “Memang, baru lusa saya ajukan cuti.”

“Lho, lho, lho… kok, kamu masih bisa santai begini? Bukannya kamu masih harus mempersiapkan macam-macam?” Ibu Arinda menoleh ke arah Tika. “Tika, tolong ambilkan saya formulir cuti karyawan,” suruhnya yang segera dipatuhi oleh resepsionis kantor mereka itu.

Meskipun perintah itu ditujukan kepada sang resepsionis, Citra merasa bertanggung jawab untuk menunaikan titah atasannya tersebut. Akan tetapi, Ibu Arinda menahan tangannya.

“Kamu ini,” hardik Ibu Arinda. “Tidak stres saja sudah bagus. Kalau memang pekerjaanmu terlampau banyak, kamu bisa meminta tolong orang lain.”

Citra salah tingkah. Ditambah posisinya yang sedang memegang buket bunga, situasi itu jadi tampak ganjil. Ia ingin menurunkan bunga, tapi tidak ada tempat yang cukup di mejanya. Bisa saja ia meletakkan buket itu di atas tumpukan dokumen. Namun, posisi bunga tersebut justru akan mengakibatkan ketidakteraturan pada tata letak mejanya.

“Bunganya cantik sekali,” puji atasannya itu.

Citra bertambah gugup. “Eh, iya, Bu,” jawabnya malu-malu. “Saya merasa jadi wanita yang beruntung di dunia.”

No, no… justru terbalik, Cit. Dia yang beruntung mendapatkan kamu,” bantah Ibu Arinda.

Tika sudah kembali dengan membawa kertas yang diminta oleh bos mereka tadi.

Tanpa berlama-lama, Ibu Arinda yang menuliskan data pada formulir cuti tersebut. “Nama, Citra Solikha,” ejanya. “Cuti untuk hari ini… terus, kamu selesai bulan madu kapan, Cit?”

Citra menyampaikan kalau sebelumnya ia telah mengajukan libur kerja selama tujuh hari.

No, no… saya tambahkan tiga hari dari pengajuan cuti yang lama.”

“Tapi, Bu….” Citra merasa tidak enak hati. Total lima hari tambahan cuti yang baru saja diberikan oleh atasannya itu.

Lihat selengkapnya